Kamis, 03 Desember 2009

Cadar Hati

begitu indah kata-kata terucap lewat bibir manisnya
melukiskan betapa hatinya penuh dengan kemuliaan
ia baluti hatinya dengan cadar keimanan
memberi tanda ia dalam aqidah sepenuhnya
memberi aturan-aturan hidup untuk menempatkan diri sepatutnya

dia menegurku dengan keimanan
itulah yang kurasakan atas kepekaan hati ini
dia tidak berbicara tentang cinta
dia berbicara tentang jalan mengenal kasih menuju cinta-Mu

sungguh aku tak bermaksud memujinya dengan kesempurnaan
aku hanya takjub dan terkesima atas kuasanya Engkau terhadap hamba-Mu
benar tiada perbedaan seorang hamba dengan hamba lainnya dihadapan-Mu kecuali taqwanya

dan kini aku sibuk dengan do'a-do'aku kepada-Mu
semoga tegurannya adalah kebenaran yang tidak sesat
untuk kucambukkan kepada hati yang setengah mati ini untuk menuju-Mu
sebab aku takut berdosa dalam niatku...

amin...

(Moenthe Carlo)

Senin, 30 November 2009

Kata Adalah Do'a

bila manusia menyadari bahwa setiap kata adalah do'a, maka manusia akan selalu menjaga dan menghiasi kata-katanya dengan segenap keindahan.

(Moenthe Carlo)

Pesan Singkat

malam tadi, pesan singkatmu telah aku baca :

banyak pujian yang diantaranya menjatuhkan satu pribadi
seharusnya telinga layak untuk tuli disaat jalan terlalu curam untuk didaki
cacian atau kritikan adalah cambuk bagi keterlambatan
butakan matahatimu namun pertajam pandanganmu ke depan
carilah peluang pijakan dengan bijak dan cermat
singkat tidak selalu efektif dalam hal tertentu
pola gerak yang penuh dinamika, membantu pemikiran untuk terus berkembang


sejenak kumerenung, seketika itu pula aku menitikkan air mata, air mata sia-sia yang tak seharusnya aku curahkan, sesal seperti menggerogoti jiwaku sebab itulah aku menangis, perih sangat terasa atas permainan waktu yang telah dan tengah aku mainkan, semoga hati ini tidak pernah mati untuk merasai nikmatnya teguran dan nasehat darimu.

memang saat ini jalan terlalu curam untuk kudaki, dan keterlambatan itu tengah menghantui dan selalu mengikuti atas setiap langkah dalam jalanku, sebab itu aku berusaha menumbuhkan tuli atas telingaku, memungut dan mengemis cambukan untuk keterlambatanku, tak kuasa tetap berjalan pada hakikat kebenaran yang dituntut oleh tuli dan cambukan itu akhirnya aku terperangkap dalam kesalahan, terlalu memupuk ketulian hingga tumbuh subur menjamur menjamah hati mengurangi peka terhadap rasa dan terlalu banyak memungut cambukan hingga aku terluka dan tak mampu tuk menapakkan kaki lagi, semoga hatiku tidak bisu.

sebab itu aku mencari tempat bernaung untuk membangun kembali puing-puing reruntuhan jiwa ragaku yang masih tersisa dan saat ini aku telah menemukan tempat itu namun belum merasakan keteduhan didalamnya, keresahan masih saja menghujam dari setiap sisi menjadikan aku semakin lemah untuk bangkit kembali, semoga pujian itu tak menjatuhkan diriku atas pribadiku.

singkat itu memang tidak selalu efektif, namun terlalu berlama-lama juga akan menumbuhkan kebosanan, yang bisa saja memukul mundur mental yang tengah buyar dalam hal tertentu, sebab itu aku meremajakan usiaku dalam permainan waktuku, walaupun jelas aku menyadari bahwa waktu akan menelanku, dan usia akan memakan tubuhku secara perlahan, namun bukan jiwaku, seperti apa yang pernah kau wasiatkan kepadaku dihari yang telah lalu, semoga pemikiranku terus berkembang oleh pola gerak waktu yang penuh dinamika.

dan masih teringat jelas kata yang pernah kau bisikkan pelan ditelinga tuliku ini "hidup tak serumit yang aku bayangkan" dan jelas aku topang kata-katamu "karena hidup itu hanya cukup menikmati dan mensyukuri" namun apa yang telah aku nikmati dan aku syukuri atas hidupku, aku masih seperti diperbudak oleh hidup dan masih seperti diburu oleh waktu bukan sebaliknya, mungkin kekecewaan akan diriku sudah sangat berlarut dalam dirimu, sebab itu izinkan aku menancapkan ketegasan diatas lahan yang telah membatu ini, aku mengerti tentang apa yang kita bicarakan, aku mengerti tentang apa yang harus kita lakukan, aku mengerti tentang apa yang kau bicarakan, aku mengerti tentang apa yang seharusnya kau lakukan, aku mengerti tentang apa yang aku bicarakan, dan aku mengerti tentang apa yang seharusnya aku lakukan, namun beri aku waktu tuk melumpuhkan diriku sebelum mewujudkannya dihadapan Tuhan, dihadapan mereka, dihadapanmu, dan dihadapanku.

semoga tidur menjadi teman terbaik kita pada saat yang tepat...

(Moenthe Carlo)

Sembilu

kami beri satu isyarat
akan kami yang lemah terkulai
bertempat di tepi wadah
seolah kami takut bermain tepat di tengah
kami tak sempat...
kami tak punya waktu...
teriakan-teriakan itu memberi pilu
kami hanya menangis menyaksikan
reruntuhan raga melapuk terhempas oleh masa
kerana kami dalam perputarannya yang semakin menepi
kini...kekuatan kami adalah tangis kami
kami tak sempat...
kami tak punya waktu...
biarlah kami berdiam pasrah namun kami tak berputus asa
kiranya masa akan memberi harga
atas kami dalam perputarannya...yang semakin menepi...

(Moenthe Carlo)

Sabtu, 08 Agustus 2009

Drama Dalam Masa

disini kami melepaskan pandangan bebas
duduk manis merapat kehuluan
sesekali kami mengusap dada atas suasana
seperti apa yang kami dengar
seperti apa yang kami lihat
seperti apa yang kami rasakan
kami adalah anak masa bertempat dalam perputarannya
turut merajut cerita untuk sebuah kisah
sembari menikmati walau tak memahami
melihat itu adalah jelas namun samar
kami hanya bisa terduduk walau tak membisu
dengan suara layu kami teriakkan
melengking hingga mecekik urat leher
nada sumbang tiada bernada tercurah
tiada menyentuh sebab tak tersentuh
pada siapa kisah terkisahkan
drama dalam masa tengah berkisah
atas sebuah negeri tempat kami berpijak
huru hara dalam masa kian membasahi binar mata
tertuang dalam lubang tanpa liang
drama dalam masa tengah berkisah
atas sebuah negeri tempat kami membatu

(Moenthe Carlo)

Aku Dalam Waktu

sementara waktu memacu laju hari
matahari bergeser menuju barat
lelah kini terasa di penghujung gundah
telah senja bertengger menyambut malam
aku masih terdiam...

pun esok masih melaju mengiring waktu
percuma akan menangis dalam penghujung kisahku
telah kutabur benih dan telah ku menunggu
takutku terus melingkar dalam waktu
kutunggu segala kutunggu
hingga aku berlalu...

(Moenthe Carlo)

Mati Dalam Rasa

saat mataku terjebak dalam keindahan duniamu
seketika jiwa tak mampu memilah
inikah rasa...inikah cinta...
kucumbui apa itu hasrat yang tengah kurasa
tak peduli itu hanya ilusi dalam kalbu
wanitaku...
telah waktu menyuguhkan kehidupan didepan mataku
semestinya aku mampu memberikan keindahan yang lebih
namun rasa tak lagi peka
hanya mengenal satu warna dan tak lagi berwarna
kusam telah tercipta atas warna cinta...
jiwaku sedikitpun tak ingin memberi luka
namun luka sudahlah menjadi jiwaku
aku mati dalam rasa diantara kita
adakah aku melukaimu...
aku memuja atasmu dalam altar cintaku
aku berdoa atasmu dalam altar cintaku
sepertinya itu tak lagi berarti untukmu
seolah air cintamu telah membeku
tiada sepadan lagi dengan wadah cintaku
matilah aku dalam rasa...

(Moenthe Carlo)

Senin, 20 Juli 2009

Tidak

pada sebuah kata telah kuberi batasan
dan jangan pernah melangkah lebih jauh
untuk selamanya tetaplah teguh
menyelami arti sebuah batasan dalam kata
memberi penghormatan tentang sebuah kata
yang pernah sama kita ucapkan
pada angin yang sama...
pada sumpah yang sama...

(Moenthe Carlo)

Minggu, 19 Juli 2009

Suci Meluntur

linang air mata berkaca-kaca
menahan perih raga telah melumpuh
menelusuri waktu menuju penhujung
tuk melepas sesal atas labuhan hati

keteguhan telah meluntur
mengotori suci pikir jiwa
tak lagi merasa...
tak lagi membau...

kupapah walau telah melumpuh
melangkah menjauh bersembunyi dalam kecut jiwa

(Moenthe Carlo)

Rapuh

langkah kaki menuju tepi waktu
menuturkan sebuah cerita lalu
perjalanan waktu diantara waktu
telah ku merindu...
telah ku berlalu...

aku hilang akan jiwaku oleh waktu
bersembunyi dalam waktu yang berlalu
ini adalah kesunyian jiwaku
ketika air mata telah membeku
atas mimpi yang rapuh oleh gelap mataku

(Moenthe Carlo)

Senin, 13 Juli 2009

Kumerindu

rasa tak lagi peka
menua menjelang mati
tersebut segenggam rindu
diantara sela pilu
untukmu...

(Moenthe Carlo)

Minggu, 07 Juni 2009

Altar Cinta

segenap kesungguhanku telah kupersembahkan untukmu, tidak sedikitpun keraguan dalam keyakinanku untukmu, lagu-lagu cinta yang aku rangkumkan telah kau lantunkan dengan merdu suara hatimu, seperti kesungguhanku terbalas olehmu, kau adalah mata air cinta,mengutuk hatiku untuk lemah menghamba dibawah altar cintamu, membutakan kedua mataku atas derita yang mungkin saja tengah mengintaiku, kesuburan lahan cintamu telah menumbuhkan benih cintaku sedemikian cepat, melukiskan indahnya hijau daun dan semerbaknya bunga mewangi, menyejukkan mata atas siapa yang memandangnya, seperti harum surga berhembus menusuk syaraf-syaraf khayal atas siapa yang membaunya, demikian aku kisahkan tentang altar cintamu tempatku memuja indahmu.

(Moenthe Carlo)

Rabu, 27 Mei 2009

Cerita Zaman Yang Sepi

selami selalu kuselami
seperti langkah yang kian menepi
meniti disela hari yang berlari
seperti sepi telah menyelimuti


apalah aku dibalik waktu
seperti lagu tak kunjung syahdu
padam api tinggallah debu
seperti debu telah tersapu

aku adalah cerita zaman yang sepi
menggerutu menyalak namun di tepi

(Moenthe Carlo)

Sabtu, 25 April 2009

Lorong Hitam

kisah lorong hitam belum selesai jua
aku masih terperangkap didalamnya
mematikan langkah inderaku
gelap sudah hatiku...

kuharap secerca cahaya
tuk menuntun langkahku
membawaku dan segera berlalu
kumohon jangan tinggalkan aku
dalam sesatnya pikirku

kuharap Engkau kan mendengar
doaku dalam nyayian sesalku
agar langit-Mu bergetar mengucurkan air mata dari surga-Mu
untuk membasahi dan menjamah gersangnya jiwaku
yang telah hitam retak sebelum kedamaian memelukku
menghantarkanku menuju pintu terakhirku

(Moenthe Carlo)

Senin, 20 April 2009

Sepeninggal Asa

kucabik penuh luka hati ini
berharap pedih ini kan membawa suka
seketika sukma merintih
ini adalah luka cerita tentang asa

tiada guna benih kutanam
gersang tanah ini mengelabui

kugenggam separuh janji
tak inginku jika sirna
terkulai raga menopang hari
sepeninggal asa

(Moenthe Carlo)

Jumat, 17 April 2009

Persahabatan



Mencari 1000 musuh sangatlah mudah, tapi mencari satu sahabat sangatlah susah.

Persahabatan itu terbuka bagi siapa saja, dengan modal kemauan, kasih sayang, kejujuran, dan kesetiaan kita sudah bisa membuka lahan persahabatan. Persahabatan itu terjalin secara otomatis, butuh proses yang sangat panjang untuk bisa menjalin persahabatan sejati. Persahabatan itu tidak bisa dinilai dengan materi, karena persahabatan bukanlah barang dagangan yang bisa saja diobral, dengan iming-iming diskon sampai 50%.

Sahabat itu...

selalu hadir dalam kehidupan kita
baik itu senang atau susah
tak perlu berkata ia pasti mendengar
semua cerita akan tercampur dengan bumbu kisahnya
menegur kala kita salah mengambil langkah
menyokong kala kita mengangkat satu keputusan
bertanggung jawab walau tak ikut menyebabkan
meniupkan hawa kedamaian kala kita terbalut dalam emosi
dan...
selalu seperti itu hingga takdir memisahkan

(Moenthe Carlo)

Kita tidak perlu harus mengerti terlebih dahulu tentang makna persahabatan untuk masuk ke dalam dunia persahabatan, karena persahabatan itu sendiri yang akan memberi arti tentang persahabatan bagi kita. Persahabatan sejati terjalin demi kebaikan, karena kebaikan adalah sesuatu hal yang tidak berubah-ubah, maka dari itu persahabatan sejati sangatlah sukar untuk digoyahkan.

Sahabat adalah keperluan jiwa
yang mesti dipenuhi
Dialah ladang hati
yang kau taburi dengan kasih
dan kau tuai dengan penuh rasa terima kasih
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu
Kerana kau menghampirinya saat hati lupa
dan mencarinya saat jiwa mahu kedamaian

(Kahlil Gibran)

Persahabatan itu seperti tangan dengan mata, saat tangan terluka mata yang menangis dan saat mata menangis tanganlah yang mengusapnya. Jagalah persahabatan anda, karena :

jika mata adalah cahaya
maka hati adalah permata
saat bahagia merona
maka tawa adalah warna
jika senyum adalah ibadah
maka sahabat adalah anugrah

Titahku

hei lukaku...
beranjaklah dariku
jangan gerogoti aku dengan sakitmu lagi
pucat wajah ini menanggung atasmu
dan kau resahku....
berhentilah menghantui aku
jangan rasuki aku dengan kecutmu lagi
lemah pilar jiwa ini menopang atasmu
aku ini adalah tuanmu
takluklah padaku

(Moenthe Carlo)

Kamis, 16 April 2009

Sepi

aku bisu...
mereka tuli...


(Moenthe Carlo)

Rabu, 15 April 2009

( untitled )

malam begitu hening
sendu oleh rintik hujan
satu per satu merebah di atas bumi
sekujur tubuh basah olehnya
dingin hingga menusuk sumsum tulang
terkapar tak berdaya

(Moenthe Carlo)

Pelita Hati

kupandang langit malam
terhampar ribuan bintang
dan bulan sabit yang melengkungkan senyumnya
merupakan perhiasan malam yang begitu indah
seperti saat ku pandang wajahmu
tergambar senyum ceria yang menusuk kalbu
memberikan kedamaian dihatiku

detikpun berganti dengan detik
menipuku silih berganti
saat awan melukiskan wajahmu
ku sadari kau bukan milik ku

tak dapat ku sentuh cintamu
tapi kurasakan semangatmu
mengalir deras dalam darahku
terhembus keras disetiap nafasku

kau pelita hatiku
menerangi langkahku saat ku tersesat
di jalan gelap yang tak tentu arah


(Anggi Triana)

Selasa, 14 April 2009

Arti Hidup ?


Hidup merupakan milik setiap manusia yang masih mempunyai peran dalam perputaran waktu di dunia ini. Jumlah manusia di dunia amat sangat banyak, oleh karena timbullah beberapa defenisi tentang hidup. Jika kita mampu memberikan defenisi tentang hidup, berarti kita telah siap untuk mejalani hidup. Bila kita mampu memberi warna yang indah dalam kehidupan, maka kebahagiaan akan kita temui. So, apa arti hidup itu?

Hidup itu adalah peluang, peluang adalah kesempatan, dan kesempatan yang sama tidaklah pernah datang dua kali. Hidup hanya sekali waktu, sudah seharusnya kita memanfaatkan peluang itu dengan sebaik-baiknya.

Hidup itu adalah pemberian, pemberian dari Tuhan, setiap pemberian yang telah kita terima haruslah kita syukuri. Mensyukuri tidaklah cukup hanya dengan kata-kata, tapi dengan perbuatan yang positif tentunya.

Hidup itu adalah kewajiban, kewajiban adalah hutang yang harus dibayar. Bagaimana kita membayar hutang tersebut, yakni dengan cara menjalani kehidupan ini dengan jalan kebaikan untuk mempertanggungjawabkannya kelak di akhirat.

Hidup itu adalah perjuangan, perjuangan itu membutuhkan mental yang kuat lahir dan bathin. Dalam berjuang bukanlah kemenangan yang kita perjuangkan, tapi kebenaranlah yang kita perjuangkan.

Hidup itu adalah lagu yang harus didendangkan, kunci penilain baik buruknya sebuah lagu bukanlah dari liriknya saja, tapi bagaimana kita mendendangkannya hingga orang-orang akan terkesima saat mendengarkannya.

Hidup itu adalah kekosongan, sesuatu yang kosong tidaklah mempunyai arti. Untuk itu kita harus mengisi kekosongan itu dengan hal-hal yang bermanfaat, hingga mencurahkan kesan yang sangat luar biasa. Sesuatu yang luar biasa akan susah untuk dilupakan.

Hidup itu adalah kenikmatan, untuk mencapai titik kenikmatan itu kita harus melalui tahapan-tahapan, tahapan-tahapan yang harus diikuti dengan teliti dan penuh kesabaran.

Hidup itu adalah persinggahan, sebuah tempat persinggahan tentulah akan kita tinggalkan suatu saat nanti. Dan sudah menjadi hukum alam, jika secara otomatis tempat tersebut akan mempunyai kenangan tersendiri buat kita, dan tentunya akan lebih indah kenangan itu jika kita memberi warna-warna indah saat berada di persinggahan itu.

Hidup itu adalah kisah yang sangat singkat, singkat berarti terbatas, terbatas untuk menuturkan kisah tentang kita dalam sebuah perjalan kehidupan, satu-satunya cara untuk memaksimalkan waktu yang sikat itu adalah dengan cara mewarnai kisah kita dengan kebaikan-kebaikan atas diri kita, orang disekitar kita, dan lingkungan di sekitar kita.

Hidup itu adalah ibadah, ibadah merupakan perbuatan yang tak lepas dari pebuatan-perbuatan yang mulia dan sudah tentu lepas dari perbuatan-perbuatan hina. Dengan begitu kita akan bisa memberi arti bagi hidup itu sendiri.

Akhir kata, apa arti hidup menurut anda ???

Senin, 13 April 2009

Tentang Cinta

ku bersandar pada kekosongan jiwa
memikir gundah yang tak pernah henti
apakah yang terjadi pada hati?
selalu menjadi misteri yang sulit terungkap

ku arungi terus kehidupan ini
mencari tempat berlabuh hati yang pasti
mencari cinta sejati yang masih sembunyi

ingin ku gapai semua asaku
agar kehampaan ini bisa terisi

tetapi pertanyaan selalu datang
akankah hidup terus seperti ini??
tak kan pernah ku temui cinta sejati
sampai jasadku mati terpeti!!!!!

(Anggi Triana)

Bahasa Rindu

telah aku menahan rindu
kehadiranmu pasti kunanti
terjebak aku dalam sudut waktu
oleh sepi yang enggan berbagi

oh...kesendirian ini seperti menyulam sendu
bergelut sepi tanpa hadirmu

(Moenthe Carlo)

Sabtu, 11 April 2009

Surat Terbuka Untuk Yang Terkasih

Ibu...

Kata-kata ini takkan pernah berakhir untuk melukiskan keindahanmu. Kasih dan cinta yang kumiliki untukmu takkan pernah bisa menandingi kasih dan cinta yang kau beri untukku. Sungguh pun aku telah menjual seluruh hidupku, itu pun takkan pernah cukup untuk menebus semua pengorbananmu terhadapku. Kau adalah wanita yang begitu gigih berjuang untuk melahirkan aku ke bumi yang fana ini, mempertaruhkan nyawa hanya untuk aku sebagai anakmu. Kau adalah tempat aku mengenal cinta dan kau pula lah tempat aku mengeluh tentang cinta. Aku berharap banyak atasmu dan kau tidak pernah berharap apa-apa dariku. Begitu kemuliaan yang telah kau ajarkan padaku. Kau mengajarkan aku ketulusan dan kelembutan, menempatkan aku pada kedamaian dalam menjalani hidup ini, tak pernah aku mendengar kata-kata letih dari ucapanmu.


dan kau Ayah...

sosok pahlawan yang menjagaku ketika aku lengah, mengajarkan aku tentang jiwa seorang petarung, maaf jika aku terlalu lemah sebagai anakmu. Kau ajarkan aku kekokohan jiwa untuk menjalani hidup ini, menumbuhkan insting yang tajam dalam diriku sebagai lelaki. Bila aku katakan kau adalah seorang idola bagiku, sangat lah terlalu rendah untukkmu. Kau lebih dari sekedar orang yang aku idolakan, kau adalah motivator terhebat yang telah membentuk jati diriku. Tak pernah aku mendengar kata-kata letih dari ucapanmu.

Anakmu.


(Moenthe Carlo)

Jumat, 10 April 2009

Keindahanmu

aku yang masih terkesima dengan keindahanmu
masih berdiri bersama bayang jiwa
dengan sejuta sulaman asa setengah jadi
berusaha mengabadikan keindahanmu
dalam syair dan puisi kalbu

takkan kubiarkan mata ini terpejam larut bersama letihku
aku tak ingin kehilangan sedetik pun tentangmu
kan kupuja keindahanmu sebagai sumpah kekagumanku

jauh di sudut batas tatap mata ini
tak pernah aku menyaksikan
keindahan serupa denganmu

gelombang laut hatimu telah memecahkan kegersangan
dan membasuh dahaga atas pantai hatiku

(Moenthe Carlo)

Usang Hatimu

jikalau pun sudah aku menyelami hatimu
sesuatu apa pun tidaklah akan aku temui
rajutan usang terlalu berakar dalam hatimu
terbayang-bayang dan semakin membaluti

di batas senja telah kau lukis
pilu hatimu yang semakin teriris
asa itu pun seakan sengaja kau tepis
terhempas, terpijak, dan terkikis

dan kusapa kau begitu dekat
lepas dari jarak yang aku jaga
oh...kumasih merasa ada sebuah sekat
menahan bisik tuk membuatmu terjaga

serta aku menunduk dan membisu
mengemas sebuah puisi pengganti lagu
kuselipkan disela pintu hatimu
kutunggu hingga hatiku membatu

(Moenthe Carlo)

Apakah Cinta Butuh Alasan ?


Lewat orang tua kita, kita dikenalkan berbagai perbendaharaan kehidupan. Dari merekalah kita mengenal cinta dan kasih terhadap sesama dan benda-benda di sekitar kita. Kita dibesarkan dan diajarkan tata krama serta sopan santun dalam aturan kehidupan yang tengah kita jalani. Mendengar keluh kesah kita, saat kita tertekan oleh keadaan yang tidak berpihak pada kita. Memberitahu kita yang baik dan yang buruk agar kita bisa menjaga diri kita dalam menjalani hidup ini. Lantas dari kesemua itu kita bisa melihat betapa besar kasih sayang mereka, seperti air samudera yang melimpah kepada kita. Kemudian kita merasa candu dan tidak bisa terlepas dari mereka, kita merasa kita telah menyatu dengan kehidupan mereka, selalu seperti itu hingga sakkaratul maut memisahkan. Lalu, apakah cinta membutuhkan alasan ?

"Kenapa kamu pilih aku tuk jadi orang yang kamu cintai ? Kenapa bukan yang lain ?" Pertanyaan yang selalu menghantui seorang lelaki saat mengutarakan isi hati kepada seorang wanita yang dicintainya. Dan biasanya, jika lelaki menjawab "aku nggak tahu alasannya !" (hampir) selalu (kebanyakan) wanita tidak terima. Sepertinya, lebih banyak wanita yang menganut teori bahwa cinta itu harus beralasan. Jadi, apakah cinta membutuhkan alasan ?

Mungkin kita pernah merasakan sesuatu yang sangat berbeda saat pertama kali bertemu dengan seseorang (lawan jenis kita), dan cenderung sebagian dari kita mengatakan bahwa kejadian seperti itu adalah "jatuh cinta pada pandangan pertama" namun secepat itukah kita menyatakan bahwa kita telah jatuh cinta atau bahkan mencintai ? Bukankah lebih tepat mengagumi ? Mencintai sangatlah berbeda dengan mengagumi, mengagumi belum tentu mencintai tapi mencintai sudahlah tentu mengagumi. Mencintai itu butuh proses, salah satu dari proses mencintai itu adalah mengagumi. Saat kita mulai mengagumi, disaat itu pulalah kita memasuki tahap pertama dalam proses untuk mencintai, dimana saat itu pikiran kita mulai bergerak dan mencoba untuk menemukan jastifikasi dari apa yang kita kagumi tersebut. Oleh karena itu, wajar saja jika kebanyakan dari orang-orang menolak menjadi objek jatuh cinta pada pandangan pertama. Lalu, apakah cinta membutuhkan alasan ?

Apakah cinta membutuhkan alasan ? saya jawab dengan lantang "iya" cinta itu membutuhkan alasan. Mencintai itu bukan hanya sekedar ungkapan yang sangat mempesona, mencintai itu butuh pengorbanan. Tentu kita tidak akan mau jika pengorbanan kita sia-sia hanya karena kita tidak tahu kenapa kita mencintai dan mengapa kita harus memberi pengorbanan. Jika kita mempunyai alasan untuk mencintai tentu kita sudah mempunyai alasan pula untuk memberi pengorbanan, dan itu akan memberi kekuatan untuk membangun keyakinan bahwa pengorban kita tidak akan sia-sia.

Mencintai tanpa alasan adalah sebuah kekeliruan. Tanpa alasan kita mencintai seseorang, bagaimana bisa kita membahagiakan orang yang kita cintai sementara alasan untuk mencintainya saja pun kita tidak tahu. Bagaimana bisa kita memahami orang yang kita cintai sementara alasan untuk mencintainya saja pun kita tidak tahu. Sungguh melelahkan mencitai tanpa alasan, dihantui bayang kecemasan dalam pikiran kita mengapa kita mencintai. Jika kita mencintai tanpa alasan apakah kita sanggup juga untuk ditinggalkan tanpa alasan oleh orang yang kita cintai ? Lalu, masihkah cinta itu tidak membutuhkan alasan ?

Rabu, 08 April 2009

Maaf Untuk Sebuah Asa

bayang-bayang kehancuran
tiba bertamu tepat di pintu hati
mengetuk membangun risau jiwa
setitik asa yang masih tersisa
akankah memberi arti ?

sementara jauh diseberang sana
sebuah harapan telah terpajang
kupaku dengan kerasnya keinginan
dengan palu kesungguhan

terlelap sudah naluri ini tertidur
dihujani oleh tangisan di usia uzur
telah kah aku tersungkur
terjebak dalam jalanan penuh lumpur

tak sepatah kata pun memecah bisu
semua hanya menambah ragu
telah kah aku tertinggal waktu
tertahan atas masa lalu dalam permainan waktu

hanya maaf kini kuharap
lebih dari asa yang tersisa

(Moenthe Carlo)

Kesaksianku Untuk-Mu Tuhan

aku yang terjebak dalam gelapnya malam
diantara hari-hari yang telah Engkau anugerahkan
dihantui sejuta bayang kegelisahan
menangis mengharapkan setitik cahaya-Mu
walau hitam sudah membaluti jejak hidupku
tak ada keraguanku tentang-Mu
tak perlu mereka menjeratku dengan kutukan ini
aku hanya tertelan oleh lajunya waktu
menjadikan aku jauh terperangkap dalam ambisiku
tapi tidak untuk melupakan-Mu
jikalau takdirku adalah sebuah kutukan dihadapan mereka
tidaklah akan menghukumku dihadapan-Mu
kesaksianku untuk-Mu...
dalam sebuah do'a untuk kembali kepada-Mu

(Moenthe Carlo)

(gak tau ini apa)

bukanlah puisi yang aku lukiskan
bukan pula syair yang aku lantunkan
ini adalah sebuah pengakuan ketulusan
tidak dengan pantun yang menggelikan
dan tidak pula dengan sajak pilihan

entah apa telah mengusik hati
resah dalam menunggu mati

esok adalah rahasia hari
dengan sejuta teka-teki
jawaban tanya hari ini
dilanjut mimpi lusa hari

(Moenthe Carlo)

Selasa, 07 April 2009

Apa Itu Cinta ?


Salah satu anugerah dari Tuhan adalah cinta, cinta ada di dalam setiap diri manusia, karena itu cinta bersifat universal. Cinta berkaitan dengan aspek terdalam pada diri manusia karena itu akal kita takkan mampu memahami hakikatnya dengan kata lain, cinta hanya untuk dirasakan bukan untuk dipikirkan. Sulit juga untuk dipungkiri bahwa cinta adalah salah satu kebutuhan hidup.

Cinta adalah perasaan hati, perasaan yang sangat halus, menimbulkan rasa untuk memiliki, sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Para pakar telah mendefinisikan dan memilah-milah istilah ini yang pengertiannya sangat rumit, antara lain mereka membedakan:

1. Cinta terhadap keluarga
2. Cinta terhadap teman-teman, atau philia
3. Cinta yang romantis atau juga disebut asmara
4. Cinta yang hanya merupakan hawa nafsu atau cinta eros
5. Cinta sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
6. Cinta dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
7. Cinta akan sebuah konsep tertentu
8. Cinta akan negaranya atau patriotisme
9. Cinta akan bangsa atau nasional

Dari uraian di atas kita memiliki hak untuk memilih, kita masuk dalam kategori cinta yang mana, dengan satu anjuran dari penulis tanamkanlah cinta yang hakikih di hati kita sebagai pokok utama. Yakni cinta kepada Ilahi, dengan demikian kita akan lebih mudah untuk menjalani cinta-cinta yang lainnya yang hanya bersifat sementara.

Namun dalam topik pembahasan yang dusuguhkan oleh penulis kali ini hanyalah sebatas hubungan pribadi antarlawan jenis atau cinta asmara.

Cinta, sebenarnya cinta adalah satu hal yang sangat rumit untuk dijelaskan lewat ungkapan kata-kata, karena cinta itu sendiri merupakan unsur yang abstrak, tergantung kita menilai cinta itu dari sisi yang mana. Namun demikian, bukan satu alasan yang tepat untuk berhenti mengenal cinta itu seperti apa. Karena manusia dilahirkan untuk mengenal cinta.

Cinta, bisa membangkitkan semangat yang sudah sangat rapuh, dan bisa pula menghancurkan semangat yang awalnya menggebu. Imbas dari cinta itu ada dua hal, indah atau suram. Mencintai tak harus memiliki, tapi cinta itu harus dimiliki. Cinta itu percaya pada diri kita bahwa kita mampu untuk menyayangi dan mengasihi orang yang kita cintai, dengan sumpah ketulusan yang abadi.

Cinta, satu peristiwa yang mengguncang perasaan hati, datang begitu saja tanpa alasan yang jelas. Hanya bisa menyatakan, "aku merasakan ini adalah cinta", cinta yang sesungguhnya datang tanpa perencanaan. Karena cinta tidak bisa dipaksakan seperti apa yang kita inginkan, cinta adalah pengertian. Alasan untuk mencintai juga tidak bisa diuraikan dengan ungkapan kata-kata, sama halnya dengan pengertian cinta.

Cinta, seperti apa yang anda rasa ???

Sepenggal Kisah

begitu resah raut wajah yang terpajang di parasnya
dengan sedikite senyum kecil menghias keresahannya
bertahan di bawah guyuran hujan di sore ini
sorot mata penuh kekosongan melukiskan kehampaan
diantara waktu yang mengapit gerak yang terbatas
jenuh telah terlukiskan dalam langkahnya
tak tentu kemana arah kan membawanya
perjalanan tanpa persinggahan

(Moenthe Carlo)

Sepotong Kisah Lain Tentang Soekarno


Sedari pagi, suasana mencekam sudah terasa. Kabar yang berhembus mengatakan, mantan Presiden Soekarno akan dibawa ke rumah sakit ini dari rumah tahanannya di Wisma Yaso yang hanya berjarak lima kilometer.

Malam ini desas-desus itu terbukti. Di dalam ruang perawatan yang sangat sederhana untuk ukuran seorang mantan presiden, Soekarno tergolek lemah di pembaringan. Sudah beberapa hari ini kesehatannya sangat mundur. Sepanjang hari, orang yang dulu pernah sangat berkuasa ini terus memejamkan mata. Suhu tubuhnya sangat tinggi. Penyakit ginjal yang tidak dirawat secara semestinya kian menggerogoti kekuatan tubuhnya.

Lelaki yang pernah amat jantan dan berwibawa-dan sebab itu banyak digila-gilai perempuan seantero jagad, sekarang tak ubahnya bagai sesosok mayat hidup. Tiada lagi wajah gantengnya. Kini wajah yang dihiasi gigi gingsulnya telah membengkak, tanda bahwa racun telah menyebar ke mana-mana. Bukan hanya bengkak, tapi bolong-bolong bagaikan permukaan bulan. Mulutnya yang dahulu mampu menyihir jutaan massa dengan pidato-pidatonya yang sangat memukau, kini hanya terkatup rapat dan kering. Sebentar-sebentar bibirnya gemetar. Menahan sakit. Kedua tangannya yang dahulu sanggup meninju langit dan mencakar udara, kini tergolek lemas di sisi tubuhnya yang kian kurus.

Sang Putera Fajar tinggal menunggu waktu.

Dua hari kemudian, Megawati, anak sulungnya dari Fatmawati diizinkan tentara untuk mengunjungi ayahnya. Menyaksikan ayahnya yang tergolek lemah dan tidak mampu membuka matanya, kedua mata Mega menitikkan airmata. Bibirnya secara perlahan didekatkan ke telinga manusia yang paling dicintainya ini.

“Pak, Pak, ini Ega…”

Senyap.

Ayahnya tak bergerak. Kedua matanya juga tidak membuka. Namun kedua bibir Soekarno yang telah pecah-pecah bergerak-gerak kecil, gemetar, seolah ingin mengatakan sesuatu pada puteri sulungnya itu. Soekarno tampak mengetahui kehadiran Megawati. Tapi dia tidak mampu membuka matanya. Tangan kanannya bergetar seolah ingin menuliskan sesuatu untuk puteri sulungnya, tapi tubuhnya terlampau lemah untuk sekadar menulis. Tangannya kembali terkulai. Soekarno terdiam lagi.

Melihat kenyataan itu, perasaan Megawati amat terpukul. Air matanya yang sedari tadi ditahan kini menitik jatuh. Kian deras. Perempuan muda itu menutupi hidungnya dengan sapu tangan. Tak kuat menerima kenyataan, Megawati menjauh dan limbung. Mega segera dipapah keluar.

Jarum jam terus bergerak. Di luar kamar, sepasukan tentara terus berjaga lengkap dengan senjata.

Malam harinya ketahanan tubuh seorang Soekarno ambrol. Dia coma. Antara hidup dan mati. Tim dokter segera memberikan bantuan seperlunya.

Keesokan hari, mantan wakil presiden Muhammad Hatta diizinkan mengunjungi kolega lamanya ini. Hatta yang ditemani sekretarisnya menghampiri pembaringan Soekarno dengan sangat hati-hati. Dengan segenap kekuatan yang berhasil dihimpunnya, Soekarno berhasil membuka matanya. Menahan rasa sakit yang tak terperi, Soekarno berkata lemah.

“Hatta.., kau di sini..?”

Yang disapa tidak bisa menyembunyikan kesedihannya. Namun Hatta tidak mau kawannya ini mengetahui jika dirinya bersedih. Dengan sekuat tenaga memendam kepedihan yang mencabik hati, Hatta berusaha menjawab Soekarno dengan wajar. Sedikit tersenyum menghibur.

“Ya, bagaimana keadaanmu, No?”

Hatta menyapanya dengan sebutan yang digunakannya di masa lalu. Tangannya memegang lembut tangan Soekarno. Panasnya menjalari jemarinya. Dia ingin memberikan kekuatan pada orang yang sangat dihormatinya ini.

Bibir Soekarno bergetar, tiba-tiba, masih dengan lemah, dia balik bertanya dengan bahasa Belanda. Sesuatu yang biasa mereka berdua lakukan ketika mereka masih bersatu dalam Dwi Tunggal.

“Hoe gaat het met jou…?” Bagaimana keadaanmu?

Hatta memaksakan diri tersenyum. Tangannya masih memegang lengan Soekarno.

Soekarno kemudian terisak bagai anak kecil.

Lelaki perkasa itu menangis di depan kawan seperjuangannya, bagai bayi yang kehilangan mainan. Hatta tidak lagi mampu mengendalikan perasaannya. Pertahanannya bobol. Airmatanya juga tumpah. Hatta ikut menangis.

Kedua teman lama yang sempat berpisah itu saling berpegangan tangan seolah takut berpisah. Hatta tahu, waktu yang tersedia bagi orang yang sangat dikaguminya ini tidak akan lama lagi. Dan Hatta juga tahu, betapa kejamnya siksaan tanpa pukulan yang dialami sahabatnya ini. Sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia yang tidak punya nurani.

“No…”

Hanya itu yang bisa terucap dari bibirnya. Hatta tidak mampu mengucapkan lebih. Bibirnya bergetar menahan kesedihan sekaligus kekecewaannya. Bahunya terguncang-guncang.

Jauh di lubuk hatinya, Hatta sangat marah pada penguasa baru yang sampai hati menyiksa bapak bangsa ini. Walau prinsip politik antara dirinya dengan Soekarno tidak bersesuaian, namun hal itu sama sekali tidak merusak persabatannya yang demikian erat dan tulus.

Hatta masih memegang lengan Soekarno ketika kawannya ini kembali memejamkan matanya.

Jarum jam terus bergerak. Merambati angka demi angka.

Sisa waktu bagi Soekarno kian tipis.

Sehari setelah pertemuan dengan Hatta, kondisi Soekarno yang sudah buruk, terus merosot. Putera Sang Fajar itu tidak mampu lagi membuka kedua matanya. Suhu badannya terus meninggi. Soekarno kini menggigil. Peluh membasahi bantal dan piyamanya. Malamnya Dewi Soekarno dan puterinya yang masih berusia tiga tahun, Karina, hadir di rumah sakit. Soekarno belum pernah sekali pun melihat anaknya.

Minggu pagi, 21 Juni 1970. Dokter Mardjono, salah seorang anggota tim dokter kepresidenan seperti biasa melakukan pemeriksaan rutin. Bersama dua orang paramedis, Dokter Mardjono memeriksa kondisi pasien istimewanya ini. Sebagai seorang dokter yang telah berpengalaman, Mardjono tahu waktunya tidak akan lama lagi. Dengan sangat hati-hati dan penuh hormat, dia memeriksa denyut nadi Soekarno. Dengan sisa kekuatan yang masih ada, Soekarno menggerakkan tangan kanannya, memegang lengan dokternya. Mardjono merasakan panas yang demikian tinggi dari tangan yang amat lemah ini. Tiba-tiba tangan yang panas itu terkulai. Detik itu juga Soekarno menghembuskan nafas terakhirnya. Kedua matanya tidak pernah mampu lagi untuk membuka. Tubuhnya tergolek tak bergerak lagi. Kini untuk selamanya.

Situasi di sekitar ruangan sangat sepi. Udara sesaat terasa berhenti mengalir. Suara burung yang biasa berkicau tiada terdengar. Kehampaan sepersekian detik yang begitu mencekam. Sekaligus menyedihkan.

Dunia melepas salah seorang pembuat sejarah yang penuh kontroversi. Banyak orang menyayanginya, tapi banyak pula yang membencinya. Namun semua sepakat, Soekarno adalah seorang manusia yang tidak biasa. Yang belum tentu dilahirkan kembali dalam waktu satu abad. Manusia itu kini telah tiada.

Dokter Mardjono segera memanggil seluruh rekannya, sesama tim dokter kepresidenan. Tak lama kemudian mereka mengeluarkan pernyataan resmi: Soekarno telah meninggal.

Berita kematian Bung Karno dengan cara yang amat menyedihkan menyebar ke seantero Pertiwi. Banyak orang percaya bahwa Bung Karno sesungguhnya dibunuh secara perlahan oleh rezim penguasa yang baru ini. Bangsa ini benar-benar berkabung. Putera Sang Fajar telah pergi dengan status tahanan rumah. Padahal dia merupakan salah satu proklamator kemerdekaan bangsa ini dan menghabiskan 25 tahun usia hidupnya mendekam dalam penjara penjajah kolonial Belanda demi kemerdekaan negerinya.

Anwari Doel Arnowo, seorang saksi sejarah yang hadir dari dekat saat prosesi pemakaman Bung Karno di Blitar dalam salah satu milis menulis tentang kesaksiannya. Berikut adalah kesaksian dari Cak Doel Arnowo yang telah kami edit karena cukup panjang:

Pagi-pagi, 21 Juni 1970, saya sudah berada di sebuah lubang yang disiapkan untuk kuburan manusia. Sederhana sekali dan sesederhana semua makam di sekelilingnya. Sudah ada sekitar seratusan manusia hidup berada di situ dan semua hanya berada di situ, tanpa mengetahui apa saja tugas mereka sebenarnya. Yang jelas, semuanya bermuka murung. Ada yang matanya penuh airmata, tetapi bersinar dengan garang. Kelihatan roman muka yang marah. Ya, saya pun marah. Hanya saja saya bisa menahan diri agar tidak terlalu kentara terlihat oleh umum.

Kita semua di kota Malang mendengar tentang almarhum yang diberitakan telah meninggal dunia sejak pagi hari dan sudah menyiapkan diri untuk menunggu keputusan pemakamannya di mana. Sesuai amanat almarhum, seperti sudah menjadi pengetahuan masyarakat umum, Bung Karno meminta agar dimakamkan di sebuah tempat di pinggir kali di bawah sebuah pohon yang rindang di Jawa Barat (asumsi semua orang adalah di rumah Bung Karno di Batu Tulis di Bogor).

Tetapi lain wasiat dan amanah, lain pula rezim Soeharto yang secara sepihak memutuskan jasad Bung Karno dimakamkan di Blitar dengan dalih bahwa Blitar adalah kota kelahirannya. Ini benar-benar ceroboh. Bung Karno lahir di Surabaya di daerah Paras Besar, bukan di Blitar! Bung Karno terlahir dengan nama Koesno, dan ikut orang tuanya yang jabatan ayahnya, Raden Soekemi Sosrodihardjo, adalah seorang guru yang mengajar di sebuah Sekolah di Mojokerto dan kemudian dipindah ke Blitar. Di sinilah ayah Bung Karno, meninggal dunia dan dimakamkan juga di sisinya, isterinya (yang orang Bali ) bernama Ida Ayu Nyoman Rai.

Setelah matahari tinggal sepenggalan sebelum terbenam, rombongan jenazah Bung Karno akhirnya sampai di tempat tujuan. Yang hadir didorong-dorong oleh barisan tentara angkatan darat yang berbaris dengan memaksa kumpulan manusia agar upacara dapat dilaksanakan dengan layak.

Tampak Komandan Upacara jenderal Panggabean memulai upacara dan kebetulan saya berdiri berdesak-desakan di samping Bapak Kapolri Hoegeng Iman Santosa, yang sedang sibuk berbicara dengan suara ditahan agar rendah frekuensinya tidak mengganggu suara aba-aba yang sudah diteriak-teriakkan. Saya berbisik kepada beliau, ujung paling belakang rombongan ini berada di mana? Beliau menjawab singkat di kota Wlingi. Hah?! Sebelas kilometer panjangnya iring-iringan rombongan ini sejak dari lapangan terbang Abdulrachman Saleh di Singosari, Utara kota Malang.

Pak Hoegeng yang sederhana itu kelihatan murung dan sigap melakukan tugasnya. Dia berbisik kepada saya: “There goes a very great man!!” Saya terharu mendengarnya. Apalagi ambulans (mobil jenazah) yang mengangkut Bung Karno terlalu amat sederhana bagi seorang besar seperti beliau. Saya lihat amat banyak manusia mengalir seperti aliran sungai dari pecahan rombongan pengiring. Sempat saya tanyakan, ada yang mengaku dari Madiun, dari Banyuwangi bahkan dari Bali.

Saya menuju ke arah berlawanan dengan tujuan ke rumah Bung Karno, di mana kakak kandung beliau, Ibu Wardojo tinggal. Hari sudah gelap dan perut terasa lapar karena kita tidak berhasil mendapatkan makanan atau minuman, sebab kalau pun ada warung atau penjual makanan, pasti sudah kehabisan minuman atau makanan apa pun yang bisa ditelan. Saya ingat bahwa orang Muhammadiyah tidak memberi hidangan, minum sekalipun, kepada kaum pelayat. Bung Karno adalah orang Muhammadiyah. Kota Blitar tidak siap menampung orang sekian banyak. Setelah dilakukan pemakaman jenazah Bung Karno, beberapa waktu di kemudian hari semua makam Pahlawan di Taman Pahlawan Sentul ini dipindahkan ke Mendukgerit, yang telah saya kenal sebelumnya sebagai Bendogerit.

Pemindahan ini dilaksanakan dengan alasan di lokasi pemakaman sudah penuh, tetapi pada kenyataannya kemudian ada proyek pembangunan makam Bung Karno yang memakan area cukup lebar.

Kuburannya Pun Tidak Boleh Dijenguk

Sejarah mencatat, sejak 1971 sampai 1979, makam Bung Karno tidak boleh dikunjungi umum dan dijaga sepasukan tentara. Kalau mau mengunjungi makam harus minta izin terlebih dahulu ke Komando Distrik Militer (KODIM). Apa urusannya KODIM dengan izin mengunjungi makam?

Saya bersama ibu saya dan beberapa saudara datang secara mendadak pergi ke Blitar dengan tujuan utama ziarah ke Makam Bung Karno. Tanpa ragu kita ikuti aturan dan akhirnya sampai ke pimpinannya yang paling tinggi. Saya ikut sampai di meja pemberi izin dan sudah ditentukan oleh kita bersama, bahwa salah satu saudara saya saja yang berbicara. Saya sendiri meragukan emosi saya, bisakah saya bertindak tenang terhadap isolasi kepada sebuah makam oleh Pemerintah atau rezim? Nah, ternyata meskipun tidak terlalu ramah, mereka melayani dengan muka seperti dilipat. Mungkin dengan menunjukkan muka seperti itu merasa bertambah rasa gagahnya terhadap rakyat biasa macam kami. Akhirnya semua beres dan kami mendapat sepucuk surat. Apa yang terjadi?

Sesampainya di makam kami turun dari kendaraan kami dan saya bawa surat izin dari KODIM. Surat itu kami tunjukan ke tentara yang jaga makam. Waktu tentara itu baca surat, saya terdorong untukmenoleh ke belakang. Terkejut saya. Selain rombongan sendiri, Ibu saya dan saudara-saudara, telah mengikuti kami sebanyak lebih dari tiga puluh orang, bergerombol. Mereka, orang-orang yang tidak kami kenal sama sekali, melekat secara rapat dengan rombongan kami. Saya lupa persis bagaimana, akan tetapi saya ingat kami memasuki pagar luar dan kami bisa mendekat sampai ke dinding kaca tembus pandang dan hanya memandang makamnya dari jarak, yang mungkin hanya sekitar tiga meter.

Para pengikut dadakan yang berada di belakang rombongan kami dengan muka berseri-seri, merasa beruntung dapat ikut masuk ke dalam lingkungan pagar luar itu. Ada yang bersila, memejamkan mata dan mengatupkan kedua tangannya, posisi menyembah. Saya tidak memperhatikannya, tetapi jelas dia bukan berdoa cara Islam. Mereka khusyuk sekali dan waktu kami kembali menuju ke kendaraan kami, beberapa di antara mereka menjabat tangan dan malah ada yang menciumnya, membuat saya merasa risih.

Salah seorang dari mereka ini mengatakan bahwa dia sudah dua hari bermalam di sekitar situ di udara terbuka menunggu sebuah kesempatan seperti yang telah terjadi tadi. Tanpa kata-kata, saya merasakan getar hati rakyat, rakyat Marhaen kata Bung Karno! Mereka menganggap Bung Karno bukan sekedar Proklamator, tetapi seorang Pemimpin mereka dan seorang Bapak mereka. Apapun yang disebarluaskan dan berlawanan arti dengan kepercayaan mereka itu semuanya dianggap persetan. Dalam hubungan Bung Karno dengan Rakyat, tidak ada unsur uang berbicara.

Dibunuh Perlahan

Keyakinan orang banyak bahwa Bung Karno dibunuh secara perlahan mungkin bisa dilihat dari cara pengobatan proklamator RI ini yang segalanya diatur secara ketat dan represif oleh Presiden Soeharto. Bung Karno ketika sakit ditahan di Wisma Yasso (Yasso adalah nama saudara laki-laki Dewi Soekarno) di Jl. Gatot Subroto. Penahanan ini membuatnya amat menderita lahir dan bathin. Anak-anaknya pun tidak dapat bebas mengunjunginya.

Banyak resep tim dokternya, yang dipimpin dr. Mahar Mardjono, yang tidak dapat ditukar dengan obat. Ada tumpukan resep di sebuah sudut di tempat penahanan Bung Karno. Resep-resep untuk mengambil obat di situ tidak pernah ditukarkan dengan obat. Bung Karno memang dibiarkan sakit dan mungkin dengan begitu diharapkan oleh penguasa baru tersebut agar bisa mempercepat kematiannya.

Permintaan dari tim dokter Bung Karno untuk mendatangkan alat-alat kesehatan dari Cina pun dilarang oleh Presiden Soeharto. “Bahkan untuk sekadar menebus obat dan mengobati gigi yang sakit, harus seizin dia, ” demikian Rachmawati Soekarnoputeri pernah bercerita.

dikutip dari blog mas andi di www.andists.info

Jalan Lain

ini kalanya terpinggir musim
kuyup bersama angsa pulang ke tepian
ikut terbawa permainan hujan
yang rintik di daun mata bersilauan

deras ia menindih mati kaki
lalu menghayut fikir yang terbentur jalan
oh.. aku yang merenangi nasib
kehilangan cara untuk bertahan

sementara aku berlabuh di lumpur
teruskanlah doa memapah harap
mungkin aku memilih jalan
dalam daratan yang tersisa

(Timur Matahari)

Sukses

sukses tidak diukur dari posisi yang dicapai seseorang dalam hidup,
tapi dari kesulitan-kesulitan yang berhasil diatasi ketika berusaha meraih sukses.

(Booker T Washington)

( tanpa judul )

suatu saat setelah kita dapat menaklukkan
angin,ombak, air pasang dan gravitasi,
kita akan memanfaatkan energi cinta,
kemudian untuk yang kedua kalinya dalam sejarah dunia,
umat manusia akan menemukan api.

(Telhard de Chardin)

Senin, 06 April 2009

Cinta dan Kedamaian

Cinta tidak pernah meminta,
ia sentiasa memberi,
cinta membawa penderitaan,
tetapi tidak pernah berdendam,
tak pernah membalas dendam.
Di mana ada cinta di situ ada kehidupan,
manakala kebencian membawa kepada kemusnahan.

(Mahatma Ghandi)

Minggu, 05 April 2009

Harus Berbuat Apa

ketika surya memancarkan sinarnya
angin senantiasa meramaikan kesedihan
yang sudah lama menggrigotinya
dia terlelah dalam renungan
terpaku dalam balutan kisah durjana
menghantam setiap hela nafas panjang,
setiap detak jantung didanya
setiap kali otaknya mulai mencari jalan keluar
jalan menghadapi kejamnya kehidupan


adakah samudera untuk aku berlayar
adakah sebuah gubuk untuk aku singgah
dan adakah setitik embun tuk akau melepas dahaga
hatinya mulai menjerit , tak kuasa menahan kepiluan
matanya mulai memerah dan berlinang bah mutiara

aku tak boleh lelah melawan goncangan ini
tapi akankah bisa menembus sinar yang menyilaukan ini
keluar dari gelapnya mata hati...
tak sedikitpun kaki ini melangkah
akankah aku hanya bertanya
tanpa memberi jawaban...

(Rahmat Abie)

Adolf Hitler


Adolf Hitler (lahir 20 April 1889 – wafat 30 April 1945 pada umur 56 tahun) adalah Kanselir Jerman dari tahun 1933 dan Führer (Pemimpin) (Reich ketiga) Jerman sejak 1934 hingga ia meninggal. Pada 2 Agustus 1934, ia menjadi diktator Jerman setelah Presiden Von Hindenburg meninggal. Ia menyatukan jabatan kanselir dan presiden menjadi Führer sekaligus menjadikan Nazi sebagai partai tunggal di Jerman. Ia juga seorang Ketua Partai Nasionalis-Sosialis (National Socialist German Workers Party atau Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei/NSDAP) yang dikenal dengan Nazi. Nazi secara resmi dibubarkan setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia II yang besar karena sistem kediktatoran Hitler. Hitler seorang orator yang berkharisma, Hitler merupakan salah satu pemimpin yang paling berpengaruh di dunia.

Ketika Perang Dunia II akan berakhir, Hitler bunuh diri di bunker bawah tanah-nya di Berlin bersama istrinya yang dinikahinya belum lama di dalam bunker, Eva Braun.


MASA KECIL

Adolf Hitler dilahirkan di Gasthof zum Pommer, sebuah penginapan di Braunau am Inn, Austria, dekat Jerman pada 20 April 1889 sebagai anak keempat dari enam bersaudara. Ayah Adolf Hitler, Alois Hitler (1837–1903), merupakan seorang pegawai kantor bea cukai. Sedangkan ibunya, Klara Pölzl (1860–1907), adalah istri ketiga Alois. Keluarga Hitler berpindah pindah dari Braunau am Inn ke Passau, Lambach, Leonding, dan Linz. Hitler kecil merupakan pelajar yang baik pada waktu bersekolah pada sekolah menengah pertama (elementary school). Namun pada kelas enam, tahun pertamanya di sekolah menengah atas (high school), ia gagal dan harus mengulang kelas. Hitler kelak menyatakan bahwa kegagalan itu disebabkan pemberontakan atas ayahnya, yang menginginkan Adolf Hitler mengikutinya berkarir sebagai pegawai bea cukai. Adolf Hitler berkeinginan menjadi seorang pelukis dibandingkan mengikuti jejak ayahnya. Setelah Alois meninggal pada 3 Januari 1903, tidak ada perkembangan berarti dalam pendidikannya di sekolah. Pada usia 16, ia keluar dari sekolah tanpa gelar apapun.



AWAL MASA DEWASA

Dari tahun 1905, Hitler menjalani kehidupan Bohemian di Wina dengan dukungan dari ibunya. Ia ditolak dua kali oleh Akademi Seni Wina (1907–1908). Pada 21 Desember 1907, ibu Hitler meninggal karena kanker payudara pada usia 47 tahun. Diperintahkan oleh pengadilan Linz, Hitler memberikan bagiannya atas pensiun ayahnya (sebagai anak yatim) kepada saudara perempuannya Paula. Ketika dia berumur 21, ia memperoleh warisan dari seorang bibinya. Hitler berjuang sebagai pelukis di Wina, menyalin gambar dari kartu pos dan menjual lukisannya pada turis. Setelah ditolak untuk kedua kalinya pada sekolah seni, Hitler kehabisan uang. Pada 1909, ia hidup di penampungan untuk tunawisma. Hitler menerima bagian terakhir dari kekayaan ayahnya pada bulan Mei 1913 dan pindah ke Munich. Kepindahan Hitler ke Munich juga membantunya menghindar dari wajib militer di Austria tetapi tentara Austria akhirnya berhasil menangkapnya. Setelah pemeriksaan fisik, Hitler dinyatakan tidak memenuhi syarat untuk menjalani wajib militer dan diizinkan kembali ke Munich. Tetapi, ketika Jerman memasuki kancah Perang Dunia I pada Agustus 1914, Hitler mengajukan petisi kepada Raja Ludwig III Bavaria untuk mengizinkannya bertugas dalam resimen Bavaria. Petisi ini dikabulkan, dan Adolf Hitler tercatat dalam ketentaraan Bavaria.



PERANG DUNIA I

Hitler bertugas di Perancis dan Belgia dalam Resimen Cadangan Ke-16 Bavaria, mengakhiri perang sebagai Gefreiter (setara dengan prajurit kepala dalam ketentaraan Inggris dan Amerika pada waktu itu). Ia terlibat dalam sejumlah pertempuran besar di Front Barat, termasuk Pertempuran Ypres, Pertempuran Somme dan Pertempuran Passchendaele. Pertempuran Ypres (Oktober 1914), yang dikenal di Jerman sebagai Kindermord bei Ypern (Pembantaian atas Orang Tak Bersalah), mengorbankan sekitar 40.000 orang (antara sepertiga hingga setengah) dari sembilan infantri yang ada terbunuh dalam dua puluh hari, dan kompi Hitler sendiri berkurang dari 250 menjadi 42 orang pada Desember. Hitler dua kali memperoleh bintang jasa atas keberaniannya. Ia menerima bintang jasa Iron Cross, Kelas Kedua pada 1914 dan bintang jasa Iron Cross, Kelas Pertama pada 1918, sebuah kehormatan yang jarang diterima oleh seorang Gefreiter. Namun karena staf resimen berpikir Hitler kurang memiliki kecakapan memimpin, ia tidak pernah dipromosikan menjadi Unteroffizier (setara kopral Inggris). Sejarahwan yang lain mengatakan ia tidak dipromosikan karena ia bukan berkewarganegaraan Jerman. Pada 15 Oktober 1918, Hitler dikirim ke rumah sakit lapangan, karena mengalami kebutaan sementara akibat serangan gas mustard.



NAZI

Hitler kemudian berkecimpung secara langsung dalam politik dan menjadi pengurus Partai Buruh Jerman (bahasa Jerman: Deutsche Arbeiterpartei/DAP) pada bulan Juli 1921. Hitler menggunakan kebolehan berpidatonya untuk menjadi ketua partai. Dia kemudian menukar nama DAP menjadi Nationalsozialistische Deutsche Arbeiterpartei (NSDAP) atau partai Nazi.

Pada tahun 1929 NSDAP menjadi pemenang mayoritas dalam pemilihan umum di kota Coburg, dan kemudian memenangi pemilu daerah Thüringen. Presiden Jerman masa itu, Paul von Hindenburg akhirnya melantik Hitler sebagai Kanselir.


MASA PEMERINTAHAN

Pada masa pemerintahannya sebelum Perang Dunia II. Hitler memerintah dengan menetapkan pemerataan ekonomi, meningkatkan lapangan pekerjaan dan sarana sarana umum serta proyek-proyek umum. Salah satu sumbangannya dalam dunia otomotif adalah usulannya untuk membuat kenderaan murah yang dijangkau oleh rakyat Jerman yang akhirnya diwujudkan dalam bentuk mobil Volkswagen (VW).

Pada Juni 1934, di malam yang dikenali sebagai Malam Pisau Panjang (bahasa Jerman: Nacht der langen Messer) Hitler membunuh semua penentangnya dalam partai Nazi yakni Roehm dan para pemimpin SA (Sturm Abteilungen). Hitler juga menyalahkan komunisme dan Yahudi atas situasi ekonomi yang buruk dan berhasil meraih dukungan militer dengan melaksanakan politik pembangunan peralatan militer Jerman. Hitler menyalahkan, menyerang, dan membunuh orang komunis dan Yahudi karena Hitler memiliki dendam pada orang - orang komunis dan Yahudi. Dendam yang masa hidupnya.



HITLER DAN TEORI DARWIN

Teori Darwin telah memasuki benak Hitler, bahkan meresap sampai ke tulang sumsum. Hal ini amat terasa dalam bukunya Mein Kampf (Perjuanganku). Ia menyamakan ras non-Eropa sebagai kera.

Dari dalam dirinya tumbuh ‘kekuatan’ yang mendapat inspirasi dari teori Darwin bahwa untuk mempertahankan hidup manusia harus bertarung. Ia menerjemahkan impiannya dengan menyerang Austria, Cekoslowakia, Perancis, Rusia, dll. Malah terbersit nafsu menguasai seluruh dunia. Ia melansir konsep eugenetika yang menjadi dasar pijakan pandangan evolusionis Nazi. Eugenetika berarti ‘perbaikan’ ras manusia dengan membuang orang-orang berpenyakit dan cacat serta memperbanyak individu sehat. Sehingga menurut teori itu, ras manusia bisa diperbaiki dengan meniru cara bagaimana hewan berkualitas baik dihasilkan melalui perkawinan hewan yang sehat. Sedangkan hewan cacat dan berpenyakit dimusnahkan.

Tak lama setelah berkuasa, Hitler menerapkan teori itu dengan tangan besi. Orang-orang lemah mental, cacat, dan berpenyakit keturunan dikumpulkan dalam ‘pusat sterilisasi’ khusus. Karena dianggap parasit yang mengancam kemurnian rakyat Jerman dan menghambat kemajuan evolusi, maka atas perintah rahasianya, dalam waktu singkat mereka semua dibabat habis.

Masih dalam eforia teori evolusi dan eugenetika, Nazi menghimbau muda-mudi berambut pirang bermata biru yang diyakini mewakili ras murni Jerman biar berhubungan seks tanpa harus menikah. Pada 1935, Hitler memerintahkan didirikannya ladang-ladang khusus reproduksi manusia. Di dalamnya tinggal para wanita muda yang memiliki ras Arya. Para perwira SS (Schutzstaffel) sering mampir ke sana buat mesum dengan dalih eugenetika. Para bayi yang lahir kemudian disiapkan menjadi prajurit masa depan ‘Imperium Jerman’.

Menurut Charles Darwin, karena ukuran tengkorak manusia membesar saat menaiki tangga evolusi, maka di seluruh Jerman dilakukan pengukuran buat membuktikan tengkorak bangsa Jerman lebih besar dari ras lain. Mereka yang tak sebesar ukuran resmi, begitupun yang gigi, mata, dan rambut di luar kriteria evolusionis langsung dihabisi.



PERANG DUNIA II DAN KEJATUHAN

Pada September 1939, Hitler menyerang Polandia dengan serangan taktik blitzkrieg (serangan darat, udara secara kilat) mencapai kejayaan yang mengejutkan musuh dan jenderalnya sendiri. Serangan terhadap Polandia menyebabkan musuh-musuhnya Inggris dan Perancis menyatakan perang terhadap Jerman, dengan itu dimulailah Perang Dunia II.

Pada masa Perang Dunia II, pihak Inggris dipimpin oleh Sir Winston Churchill yang menggantikan Arthur Neville Chamberlain yang jatuh akibat skandal serbuan Nazi ke Polandia 1939, Perancis yang dipimpin oleh Jendral Gamelin yang saat itu ditunjuk sebagai komando tertinggi sekutu gagal menahan serangan kilat Jerman ke Belgia dan Perancis, Perancis akhirnya dipimpin oleh Jenderal Charles de Gaulle yang memimpin pasukan perlawanan Perancis pada masa Pemerintahan Vichy, serta bantuan Amerika Serikat yang dipimpin Jendral Eisenhower sebagai panglima mandala di Eropa meskipun sebelumnya Amerika Serikat enggan terlibat pada perang yang sebelumnya dianggap sebagai perang Eropa itu.

Setelah lama berperang dan setelah mengalami kekalahan di setiap medan pertempuran, Hitler menyadari bahwa kekalahan sudah tidak dapat dielakkan. Awal kekalahan Hitler adalah saat menggempur Kota Kursk Uni Soviet dengan Operasi Citadel, kekuatan Jerman terdiri dari 800.000 infanteri, 2.700 tank lapis baja, 2.000 pesawat tempur dan dipimpin oleh Jenderal Erich Von Manstein dan Jenderal Walther Models sedangkan kekuatan Uni Soviet terdiri dari 1.300.000 infanteri, 3.600 tank, dan 2.400 pesawat tempur. Rencana serangan ini telah diketahui secara detail oleh intelejen Uni Soviet yang berada di Switzerland. Stalin pun langsung memerintahkan tentaranya untuk membangun pertahanan kuat di kawasan Kursk. Di pertempuran inilah banyak sekali tank - tank andalan Jerman dan Uni Soviet hancur, diantaranya Tank Tiger, Panther, Elefant (Jerman) dan Tank T-34, SU -152, dan KV -1. Jerman mengalami pukulan mematikan di Stalingrad serta Serangan pukulan sekutu di Normandia dan gagal dalam Ardennes Offensive, yaitu serangan balasan yang dilakukan tentara jerman atau Wehrmacht dan beberapa divisi panzer yang masih tersisa dipimpin Jenderal Mantauffel pada saat musim salju untuk merebut kembali Kota Antwerp di Belgia. Serangan ini berlangsung secara terseok - seok dan berakhir gagal karena kurangnya pasokan logistik dan bahan bakar untuk Panzer dari Jerman sehingga banyak panzer yang masih "Fresh from the Oven" seperti tank Tiger dan Panther teronggok di pinggir jalan karena kehabisan solar.

Hitler yang menyadari kejatuhannya sudah dekat kemudian mengawini wanita simpanannya Eva Braun, kemudian bunuh diri bersama-sama pada 30 April 1945. Jasadnya dibakar agar tidak jatuh ke tangan musuh.



Sumber : Wikipedia (dengan perubahan seperlunya)


Sabtu, 04 April 2009

Che Guevara


Ernesto Guevara Lynch de La Serna (lahir di Rosario, Argentina, 14 Juni 1928 – wafat di Bolivia, 9 Oktober 1967 pada umur 39 tahun) adalah pejuang revolusi Marxis Argentina dan seorang pemimpin gerilya Kuba.

Guevara dilahirkan di Rosario, Argentina, dari keluarga berdarah campuran Irlandia, Basque dan Spanyol. Tanggal lahir yang ditulis pada akta kelahirannya yakni 14 Juni 1928, namun yang sebenarnya adalah 14 Mei 1928.

MASA KECIL

Sejak usia dua tahun Che Guevara mengidap asma yang diderita sepanjang hidupnya. Karena itu keluarganya pindah ke daerah yang lebih kering, yaitu daerah Alta Gracia (Córdoba) namun kesehatannya tidak membaik. Pendidikan dasar ia dapatkan di rumah sebagian dari ibunya, Celia de la Serna. Pada usianya yang begitu muda, Che Guevara telah menjadi seorang pembaca yang lahap. Ia rajin membaca literatur tentang Karl Marx, Engels dan Sigmund Freud yang ada di perpustakaan ayahnya. Memasuki sekolah menegah pertama (1941) di Colegio Nacional Deán Funes (Córdoba). Di sekolah ini dia menjadi yang terbaik di bidang sastra dan olahraga. Di rumahnya, Che Guevara tergerak hatinya oleh para pengungsi perang saudara Spanyol, juga oleh rentetan krisis politik yang parah di Argentina. Krisis ini memuncak di bawah pemerintahan diktator fasis kiri, Juan Peron, seorang yang ditentang Guevara. Berbagai peristiwa tertanam kuat dalam diri Guevara, ia melihat sebuah penghinaan dalam pantomim yang dilakonkan di Parlemen dengan demokrasinya. Maka muncul pulalah kebenciannya akan politisi militer beserta kaum kapitalis dan terutama kepada dolar Amerika Serikat ,yang dianggap sebagai lambang kapitalisme.

Meski demikian dia sama sekali tidak ikut dalam gerakan pelajar revolusioner. Ia hanya menunjukkan sedikit minat dalam bidang politik di Universitas Buenos Aires, (1947), tempat ia belajar ilmu kedokteran. Pada awalnya ia hanya tertarik memperdalam penyakitnya sendiri, namun kemudian dia tertarik pada penyakit kusta.


BERKELILING ARGENTINA DENGAN SEPEDA MOTOR

Pada tahun 1949 ia memulai perjalanan panjangnya yang pertama, menjelajahi Argentina Utara hanya dengan bersepeda motor. Itulah untuk pertama kalinya ia bersentuhan langsung dengan orang miskin dan sisa suku Indian. Selanjutnya pada tahun 1951 setelah menempuh ujian-ujian pertengahan semester Che mengadakan perjalanan yang lebih panjang didampingi dengan seorang teman dan untuk nafkah hidupnya dia bekerja sebagai pekerja paruh waktu. Ia mengunjungi Amerika Selatan, Chili di mana dia bertemu Salvador Allende, dan di Peru ia bekerja sama selama beberapa minggu di Leprasorium San Pablo, di Kolombia ia tiba pada saat La Violencia, di Venezuela ia ditangkap tetapi dilepaskan kembali, kemudian ia juga mengunjungi Miami. Che Guevara mengisahkan perjalanannya dalam buku harian yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul Buku Harian Sepeda Motor (The Motorcycle Diaries), yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pada 1996 dan kemudian difilmkan dengan judul yang sama pada 2004.


PERJALANAN CHE GUEVARA

Ia kembali ke daerah asalnya dengan sebuah keyakinan bulat atas satu hal bahwa ia tidak mau menjadi profesional kelas menengah dikarenakan keahliannya sebagai seorang spesialis kulit. Kemudian pada masa revolusi nasional ia pergi ke La Paz, Bolivia di sana ia dituduh sebagai seorang oportunis. Dari situ ia melanjutkan perjalanan ke Guatemala dan mencukupi kebutuhan hidupnya dengan menulis artikel arkeologi tentang reruntuhan Indian Maya dan Inca. Guatemala saat itu diperintah oleh Presiden Jacobo Arbenz Guzman yang seorang sosialis. Meskipun Che telah menjadi penganut paham marxisme dan ahli sosial Lenin ia tak mau bergabung dalam Partai Komunis. Hal ini mengakibatkan hilangnya kesempatan baginya untuk menjadi tenaga medis pemerintah, oleh karena itu ia menjadi miskin. Ia tinggal bersama Hilda Gadea, penganut paham Marxis keturunan Indian lulusan pendidikan politik. Orang inilah yang memperkenalkannya kepada Nico Lopez, salah satu Letnan Fidel Castro. Di Guatemala dia melihat kerja agen CIA sebagai agen kontrarevolusi dan semakin yakin bahwa revolusi hanya dapat dilakukan dengan jaminan persenjataan. Ketika Presiden Arbenz turun jabatan, Guevara pindah ke Kota Mexico (September 1954) dan bekerja di Rumah Sakit Umum, diikuti Hilda Gadea dan Nico Lopez. Guevara bertemu dan kagum pada Raúl Castro dan Fidel Castro juga para emigran politik dan ia menyadari bahwa Fidel-lah pemimpin yang ia cari.


BERGABUNG DENGAN FIDEL CASTRO DI KUBA

Ia bergabung dengan pengikut Castro di rumah-rumah petani tempat para pejuang revolusi Kuba dilatih perang gerilya secara keras dan profesional oleh kapten tentara Republik Spanyol Alberto Bayo, seorang pengarang "Ciento cincuenta preguntas a un guerilleo" (Seratus lima puluh pertanyaan kepada seorang gerilyawan) di Havana, tahun 1959. Bayo tidak hanya mengajarkan pengalaman pribadinya tetapi juga ajaran Mao Ze Dong dan Che (sapaan khas Argentina) menjadi murid kesayangannya dan menjadi pemimpin di kelas. Latihan perang di tanah pertanian membuat polisi setempat curiga dan Che beserta orang-orang Kuba tersebut ditangkap namun dilepaskan sebulan kemudian.

Pada bulan Juni 1956 ketika mereka menyerbu Kuba, Che pergi bersama mereka, pada awalnya sebagai dokter namun kemudian sebagai komandan tentara revolusioner Barbutos. Ia yang paling agresif dan pandai dan paling berhasil dari semua pemimpin gerilya dan yang paling bersungguh-sungguh memberikan ajaran Lenin kepada anak buahnya. Ia juga seorang yang berdisiplin kejam yang tidak sungkan-sungkan menembak orang yang ceroboh dan di arena inilah ia mendapatkan reputasi atas kekejamannya yang berdarah dingin dalam eksekusi massa pendukung fanatik presiden yang terguling Batista. Pada saat revolusi dimenangkan, Guevara merupakan orang kedua setelah Fidel Castro dalam pemerintahan baru Kuba dan yang bertanggung jawab menggiring Castro ke dalam komunisme yang menuju komunisme merdeka bukan komunisme ortodoks ala Moskwa yang dianut beberapa teman kuliahnya. Che mengorganisasi dan memimpin "Instituto Nacional de la forma Agraria", yang menyusun hukum agraria yang isinya menyita tanah-tanah milik kaum feodal (tuan tanah), mendirikan Departemen Industri dan ditunjuk sebagai Presiden Bank Nasional Kuba dan menggusur orang orang komunis dari pemerintahan serta pos-pos strategis. Ia bertindak keras melawan dua ekonom Perancis yang beraliran Marxis yang dimintai nasehatnya oleh Fidel Castro dan yang menginginkan Che bertindak lebih perlahan. Che pula yang melawan para penasihat Uni Soviet. Dia mengantarkan perekonomian Kuba begitu cepat ke komunisme total, menggandakan panen dan mendiversifikasikan produksi yang ia hancurkan secara temporer.


PERNIKAHAN CHE GUEVARA

Pada tahun 1959, Guevara menikahi Aledia March, kemudian berdua mengunjungi Mesir, India, Jepang, Indonesia yang juga hadir pada Konfrensi Asia Afrika, Pakistan dan Yugoslavia. Sekembalinya ke Kuba ia diangkat sebagai Menteri Perindustrian, menandatangani pakta perdagangan (Februari 1960) dengan Uni Soviet yang melepaskan industri gula Kuba pada ketergantungan pasar Amerika. Ini merupakan isyarat akan kegagalannya di Kongo dan Bolivia sebuah aksioma akan sebuah kekeliruan yang tak akan terelakkan. "Tidaklah penting menunggu sampai kondisi yang memungkinkan sebuah revolusi terwujud sebab fokus instruksional dapat mewujudkannya" ucapnya dan dengan ajaran Mao Ze Dong ia percaya bahwa daerah daerah pasti membawa revolusi ke kota yang sebagian besar penduduknya adalah petani. Juga pada saat ini ia menyebarkan filosofi komunisnya (diterbitkan kemudian dalam "The Socialism and Man in Cuba", 12 Maret 1965). Ia meringkas pahamnya menjadi "Manusia dapat sungguh mencapai tingkat kemanusiaan yang sempurna ketika berproduksi tanpa dipaksa oleh kebutuhan fisiknya sehingga ia harus menjual dirinya sebagai barang dagangan".


KONFRONTASI DENGAN UNI SOVIET

Penentangan resminya terhadap komunis Uni Soviet tampak ketika dalam organisasi untuk Solidaritas Asia Afrika di Aljazair (Februari 1965) menuduh Uni Soviet sebagai kaki tangan imperialisme dengan berdagang tak hanya dengan negara-negara blok komunis dan memberikan bantuan pada negara berkembang sosialis atas pertimbangan pengembaliannya. Ia juga menyerang pemerintahan Soviet atas kebijakan hidup bertetangga dan juga atas Revisionisme. Guevara mengadakan konferensi Tiga Benua untuk merealisasikan program revolusioner, pemberontakan, kerjasama gerilya dari Afrika, Asia dan Amerika Selatan. Di samping itu setelah terpaksa berhubungan dengan Amerika Serikat, ia sebagai perwakilan Kuba di PBB menyerang negara-negara Amerika Utara atas keserakahan mereka dan imperialisme yang kejam di Amerika Latin.

Sikap Che yang tidak kenal kompromi pada dua negara kapitalis mendorong negara komunis untuk memaksa Castro memberhentikan Che (1965, bukan secara resmi tetapi secara nyata. Untuk beberapa bulan tempat tinggalnya dirahasiakan dan kematiannya santer diisukan. Ia berada di berbagai Negara Afrika terutama Kongo di mana dia mengadakan survei akan kemungkinan mengubah pemberontakan Kinshasa menjadi sebuah revolusi komunis dengan taktik gerilya Kuba. Ia kembali ke Kuba untuk melatih para sukarelawan untuk proyek ini dan mengirim kekuatan 120 orang Kuba ke Kongo. Anak buahnya bertempur dengan sungguh-sungguh tetapi tidak demikian halnya dengan para pemberontak Kinshasa. Mereka sia-sia saja melawan kekejaman Belgia dan ketika musim gugur 1965 Che meminta Castro untuk menarik mundur saja bantuan Kuba.


KEMATIAN CHE GUEVARA

Petualangan revolusioner terakhir Che adalah di Bolivia, karena ia salah memperkirakan potensi negara itu yang mengakibatkan konsekuensi yang buruk. Tertangkapnya Che oleh tentara Bolivia pada 8 Oktober 1967 adalah akhir dari segala usahanya dan hukuman tembak dijatuhkan sehari setelah itu.

Pada tanggal 12 Juli 1997 jenazahnya dikuburkan kembali dengan upacara kemiliteran di Santa Clara, di provinsi Las Villas, di mana Guevara mengalami kemenangan dalam pertempuran ketika revolusi Kuba.

Che menjadi legenda. Ia dikenang karena keganasannya, penampilannya yang romantis, gayanya yang menarik, sikapnya yang tak kenal kompromi dan penolakan atas penghormatan berlebihan atas semua reformasi murni dan pengabdiannya untuk kekejaman dan sikapnya yang flamboyan. Ia juga idola para pejuang revolusi dan bahkan kaum muda generasi tahun 1960-1970 atas tindakan revolusi yang berani yang tampak oleh jutaan orang muda sebagai satu-satunya harapan dalam perombakan lingkup borjuis kapitalisme, industri dan komunisme.


PENGHORMATAN TERHADAP CHE GUEVARA

Berbagai tokoh sastra, musik dan seni telah mempersembahkan komposisinya kepada Che Guevara. Penyair Chili Pablo Neruda mempersembahkan kepadanya puisi Tristeza en la muerte de un héroe (Kesedihan karena kematian seorang pahlawan) dalam karyanya Fin del mundo (Akhir dunia) pada 1969. Pengarang Uruguay, Mario Benedetti menerbitkan pada 1967 serangkaian puisi yang dipersembahkan kepadanya dengan judul A Ras del Sueño (Pada tingkat impian). Penyanyi Carlos Puebla mempersembahkan sebuah lagu Hasta siempre comandante Che Guevara (Untuk selamanya komandan Che Guevara) dan Los Fabulosos Cadillacs, Gallo Rojo (Ayam jantan merah), yang muncul dalam album El León (Singa) pada 1991.

Sumber : Wikipedia (sedikit dirubah)

Selembar Surat Untuk Ibu

ibu...

di malam ini aku kembali merenung
merenung tentang resah dalam hatiku
resah yang selalu membuat aku menangis
resah yang membuat aku menjadi manusia lemah sebagai anakmu...

dan kini betul-betul telah aku mengerti
tentang resah hati ini...

sungguh saat ini aku ingin
mencium dan bersujud di kakimu
ingin aku membasuh kakimu dengan air mataku

oh ibu...
kini kumengerti
resah ini adalah sesal dalam jiwaku
atas semua luka yang tersayat di hatimu
atas semua kekecewaan di hatimu
atasku sebagai anakmu

kumohon ibu...
berikanlah aku maafmu lagi
berikanlah aku peluk damaimu lagi tuk menjagaku
berikanlah aku restumu lagi tuk menuntunku
dalam menjalani waktu-waktuku
dalam pengabdianku sebagai anakmu

-anakmu-

(Moenthe Carlo)

( tanpa judul )

kebimbangan kini tengah menghantuiku
seolah menekan setiap gerak langkahku
terbatas kini tengah menahanku
dalam kerangkeng jiwa yang sunyi
membuat aku takut
taku akan hari esok
dan menangis akan hari kemarin
dimana kedamaian itu saat aku digempur
oleh keadaan yang tak berpihak padaku

amunisi jiwa yang telah habis
membuat aku lemah untuk berperang
melumpuhkan kebimbangan ini
risau dalam jiwa ini pun tumbuh subur
seiring kebimbangan yang terus menghantui
membuat aku semakin terbakar
oleh panasnya suasana yang tak berpihak padaku
dimana kesejukan itu saat aku terhempas
dalam teriknya kutukan jiwa yang terasingkan

bukan aku meragukan keadilan-Mu
tapi aku mengharapkan tuntunan-Mu
izinkanlah aku berlindung
di balik benteng-Mu yang kokoh
agar aku leluasa melepaskan diri
dari kebimbangan dan ketertekanan ini

hingga bebaslah aku dari kutukan
jiwa yang terasingkan ini

(Moenthe Carlo)

Kamis, 02 April 2009

Ceritaku Tentang Waktuku

kini kaki telah kaku
berdiam dalam keheningan
aku telah rapuh
dihantam badai kehidupan
tersungkur...
tatapan mata ini sangatlah layu
dihiasi wajah kusam memilukan
kalau lah waktu akan meninggalkanku
habislah sudah ceritaku
bunuhlah aku oh hening jiwaku
jangan biarkan waktu menelantarkan aku
biar mereka tahu...
biar mereka mengerti...
ceritaku telah mengalahkan waktu

(Moenthe Carlo)

Bayang Tanpa Wajah

disini aku berdiri bersama mereka
bersama basahnya hari tersiram hujan
jauh terbuang dari sisi mata kota
terkucilkan oleh keangkuhan
bersama mereka menapakkan kaki
diatas ketulusan tentang cita
satu kata...
satu rasa...

lihatlah diujung tatap mata
dalam gelapnya malam
diselimuti sinar sang rembulan
tampak bayang tanpa wajah
abadi dalam sebuah rahasia hati
dengan lantunan nyanyian pagi
semangat yan tak pernah mati
untuk esok yang lebih baik
untuk selamanya...

(Moenthe Carlo)

Sebuah Pengakuan

terucap untuk rara dwi kartika...

lembutnya hatimu merasuk dalam kalbu jiwa
menghantarkan aku pada pemberhentian cinta yang sesungguhnya
terbuka kini mata hatiku yang telah lama tertidur

pelangi hatimu telah memasung aku dalam kemegahan
indah kini tengah kunikmati
terbasuhlah sudah kepenatan hati

damainya hatimu menjalar dalam aliran darahku
ketenangan kini tengah kurasa bersamamu
terbuang sudah gundah gulana resahku

bijak hatimu mewarnai pikir kusamku
menyegarkan kelesuhan jiwa yang telah kandas dalam keterpurukan
tegar kini aku dalam langkahku

(Moenthe Carlo)

Minggu, 29 Maret 2009

Rajutan Kebimbangan

lukisan hati ini telah usang
debu telah menyelimuti
keindahan tiada terpancarkan
redup sudah cahaya itu layu
menyisakan bayang-bayang kejenuhan
yang tak habis-habisnya merajutnya kebimbangan
membunuh waktu dan berhenti
lalu mati...

(Moenthe Carlo)

Membatu

berulang kali raga ini terhempas
terhempas dari waktu yang berbicara
langkah kaki yang kaku membuat aku lebih sakit
sakit bersama keterasingan ini
keterasingan yang membuat mulutku bisu
membuat pikirku membatu
membuat hatiku membatu
biarkanlah aku mati untuk diriku saat ini
lalu bangunkan aku untuk terlahir kembali

(Moenthe Carlo)

Senin, 23 Maret 2009

Bisu Suara Ini

kutunggu...
kutunggu mulut ini bisu
aku tak ingin bicara
biarlah suara ini sunyi
mereka berlalu
mengalir membasahi kehidupan
pernahkah suara ini menegur telinga hatinya ?
tak perlu...tak perlu keluh ini
aku bukan pengecut
aku bukan penjilat
huh...andai suara ini didengarkan !
tak perlu...tak perlu sesal ini
aku bukan masa lalu tanpa arti
aku cukup tegar
menapakkan kaki di atas bumi yang sombong ini
menuangkan isi kepalaku diatas perjalan hidupku
aku hanya untukku
jika itu yang mereka minta

(Moenthe Carlo)

Jumat, 20 Maret 2009

Misteri Hati

kuhempaskan hatiku
dalam rintihan jiwaku
aku berteriak sekeras mungkin
sepi...tak ada yang tersentak
kuhempaskan lagi hatiku
dalam tangisan jiwaku
aku menjerit sekeras mungkin
sunyi...semua hanya diam
misteri hati tak kunjung terungkap
aku terkekang dalam komunitas idealisme mereka
bunuh aku dengan kata-kata
biarkan aku merasakan hinaan itu
oh...sakit sekali terasa dalam hati ini
aku bisa merasakannya
misteri hati tak kunjung terungkap
hati siapa ???
ssstttt.....aku tidak tahu !!!
rasa penasaran ini semakin menekanku untuk berbicara
melepas semua kata-kata yang lama terpenjara
bebas...bebas lah aku kini

(Moenthe Carlo)

Jangan Bicara Lagi

diam...
jangan kau nodai mulutmu dengan kata-kata itu
cukup sudah aku mendengar
mereka tidak perlu mendengar
setahuku mereka tuli
begitu temen karib mereka bercerita kepadaku
aku sedikit curiga
namun itu fakta adanya
seperti rasi bintang menghias langit malam
indah bukan ???
tapi itu hanya untuk kita yang bisa melihat
mereka buta dengan mata terbuka
aneh bukan ???
tapi itulah hidup yang bergulir
diantara kita dan mereka
jadi kumohon...
jangan bunuh mereka lagi dengan kata-kata
itu adalah sia-sia
mereka adalah mayat hidup
berjalan mengikuti tapak kaki melangkah
tanpa arah...
tanpa tujuan...
seperti layangan lepas tanpa benang

(Moenthe Carlo)

Manusia Setengah Gila

aku tertekan...
dalam genggaman jemari
penuh keangkuhan
penuh kesombongan

aku menangis...
dalam kesunyian
penuh rintihan
penuh tuntutan

aku angkuh...
dalam keegoanku
bermimpi seperti mereka bermimpi
tak peduli apa kata mereka

aku sombong...
dalam kesinisanku
mempertontonkan aku
atas kepedulianku terhadap deritaku

aku merintih...
dalam tangisku
bukan karena pilu tentang mereka
tetapi karena kami
yang duduk berpangku tangan
mengikuti idealisme mereka
karena terpaksa

aku menuntut...
dalam ketertekananku
menjadi tempat mereka berpijak
untuk berbicara tentang
keangkuhan...kesombongan..
.kesinisan...

aku adalah hitam...
yang mereka tempah diatas putih

aku adalah kosong...
yang segera mereka isi dengan
cacian...makian...hinaan...hujatan...
tapi aku tetap memilih :

" aku adalah manusia setengah gila "

(Moenthe Carlo)

Selasa, 03 Maret 2009

Kecut Jiwa

aku bukanlah karang
tahan akan guncangan badai ombak
aku bukanlah ksatria
dengan wibawah penuh keberanian
aku hanyalah manusia dengan kecut jiwa
tapi aku bukanlah hina
aku adalah diantara mereka
berjalan menunduk dan terlunta-lunta
ditopang oleh tongkat ranting yang sangat rapuh
berjuang menaklukkan ego dalam diriku
untuk keluar dari sebuah tabir kebohongan
melepaskan jiwa yang terkurung didalamnya
nafas ini seakan tersendat
beku diantara kerongkonganku
kering air mata ini...
bisu mulut ini...

(Moenthe Carlo)

Hati Yang Sunyi

ketika tumpuan mulai merapuh
sekujur tubuh seakan mati rasa
membatu dan membisu
aku kehilangan diriku
diantara selah-selah pilu
tak kuasa aku menahan
air mata jatuh berderai
memberi bekas diatas selimut jiwa
dengan heningnya hati
tentang mimpi yang telah pergi
untuk sebuah kebebasan

(Moenthe Carlo)

Minggu, 15 Februari 2009

Tangis Jiwa

berlinang air mata
tercurah membasahi luka
luka yang tiada pernah berujung
perih begitu menghujam dalam jiwa
tangisan ini takkan berakhir
tak ada sesal...
tak ada benci...
hanya luka...
luka...
luka...
berbekas...
dan takkan menghilang
menghantui dalam seluruh waktu
menertawai dalam seluruh waktu
memecah menjadikan luka-luka baru
tersudut dalam ruang gelap
diantara silaunya sorotan mata
kekecewaan...
berlalu tanpa berakhir
dengan langkah terlunta-lunta
menghakimi diri dengan kekecewaan
menghakimi diri dengan kelusuhan
terhempas dalam ruang gelap
diantara ricuhnya suara
berdengung mencekik telinga
kehancuran...
kehancuran...
kehancuran...

(Moenthe Carlo)

Kamis, 12 Februari 2009

Pelarian

jauh sudah aku terjamah
dalam pelarian tak kunjung usai
akan goresan duka dan lara
terciptanya cinta beralaskan duka
pautan hati yang ternoda
jadikan kemurkaan membalut luka
hancurkan masa akan cinta
tanamkan duka dalam suka
bungkam jadi buaian
murka jadi impian

(Moenthe Carlo)

Penantian

bisu mulutku berkata
dalam sebuah penantian
simpan sejuta makna terpendam
harapan tertunda...
ungkapan rasa demi rasa
ruang jiwa dalam sebuah penantian
demi masa yang lebih indah
dua atau tiga saat lagi

(Moenthe Carlo)

Raisha

terakhir kali aku menulis tentangmu
adalah kekalahan dalam mimpiku
tak ada rasa dihatimu tentangku
itu apa yang aku rasa saat ini
memang bukanlah sayang bila tak dirasa
aku tidak pernah jenuh mengenalmu
namun haruskah aku terlarut dalam mimpiku
tak ada sesal yang aku ucapkan tentangmu
hanya sebatas pengakuan dari hatiku
aku berhenti...
karena aku bukanlah pilihanmu
karena aku bukanlah lelakimu
aku hanya bermimpi dalam nyataku
kau nyata di hatiku
tapi tetap mimpi dalam pelukanku

(Moenthe Carlo)

Selasa, 20 Januari 2009

Asa Tentang Cinta

ketika hati telah terbius oleh rasa
ketulusan tetap terjaga untukmu
sekalipun luka begitu terasa
namun hati tetap merindu
dalam kata-kata penuh makna
sekilas membahas asa
untuk menunggu bersama rindu
begitulah arti cinta dalam rasa
menunduk ikhlas untukmu

(Moenthe Carlo)