Sabtu, 29 November 2008

Mawar Kelam

indah...
namun gelap...
seperti kusamnya hatiku
menuggu...
dalam sepi yang menyelimutiku
tanpa cahaya cintamu
esok itu kan tiba
bukan lebih baik untukku
menuggu...
dalam terik yang menghujamku
tanpa naungan teduhnya cintamu
hingga...
hujan mengguyurku
dalam dinginnya hatimu
tanpa hangatnya pelukan cintamu

(Moenthe Carlo)

Kahlil Gibran ( kutipan7 )

impian dan cinta akan saling memberi
satu dengan yang lain
serupa dengan apa yang dilakukan
matahari ketika mendekati malam
dan apa yang dilakukan
bulan ketika mendekati pagi

(Kahlil Gibran)

Kamis, 27 November 2008

Lukisan Hati

saat malam menyelimuti hari
rembulan bertahta menghias langit
ribuan bintang ikut bernyanyi
lembut belai hembusan angin
begitulah terlukis dalam rasa ini
saat kau berkata...
" aku mencintaimu "

(Moenthe Carlo)

Rindu

rindu adalah keresahan hati
mengganggu pikir jiwa
menciptakan jati diri yang lemah
seperti dunia ini hampa
bila tanpa orang yang dicintai

(Moenthe Carlo)

Keluh

aku berjalan di atas kehampaan hati
tanpa cinta membutakan mata
ketakutan yang merangkulku
membuat aku terperangkap
dalam dinginnya hatimu

(Moenthe Carlo)

Sepi

terbunuh sepi..
tanpa kata...
tanpa cerita...
berlalu...
sendiri...

(Moenthe Carlo)

Senja

bila senja telah menghapus hangatnya mentari,
maka biarkanlah indahnya rembulan menyambut
untuk membasuh kejenuhan dalam jiwa

(Moenthe Carlo)

Rasa

semua rasa yang pernah ada
adalah bagian dari hidup
yang akan segera berakhir
tak pasti berakhir seperti apa
namun, kepastian itu
akan membukakan rasa yang telah mati
oleh jiwa yang tertanam
dalam sebuah kepalsuan yang diperuntukkan
baik itu untukku, untukmu, untuk mereka

(Moenthe Carlo)

Chairil Anwar ( kutipan3 )

Hampa

kepada sri

sepi di luar.
sepi menekan mendesak.
lurus kaku pohonan.
tak bergerak sampai ke puncak.
sepi memagut,
tak satu kuasa melepas-renggut
segala menanti.
menanti...
menanti...
sepi...
tambah ini menanti jadi mencekik
memberat-mencekung punda
sampai binasa segala.
belum apa-apa
udara bertuba.
setan bertempik
ini sepi terus ada.
dan menanti.

(Chairil Anwar)

Chairil Anwar ( kutipan2 )

Penerimaan

kalau kau mau kuterima kau kembali
dengan sepenuh hati
aku masih tetap sendiri
kutahu kau bukan yang dulu lagi
bak kembang sari sudah terbagi
jangan tunduk!
tentang aku dengan berani
kalau kau mau kuterima kembali
untukku sendiri tapi
sedang dengan cermin aku enggan berbagi.


(Chairil Anwar)

Kahlil Gibran ( kutipan5 )

hasrat cinta adalah awan putih
yang datang dari cakrawala
naik dan tumbuh
sampai memenuhi wajah langit
lalu jatuh di atas bunga-bunga
dalam ladang kehidupan
membuka mahkota mereka
untuk mengakui cahaya

(Kahlil Gibran)

Kahlil Gibran ( kutipan4 )

mendekatlah padaku
oh, cinta jiwaku
api telah mendingin dan berbaring di bawah abu
peluklah aku, karena aku takut
akan kesendirian lampu temaram
dan anggur yang kita peras
menutup mata kita

(Kahlil Gibran)

Kahlil Gibran ( kutipan3 )

cinta adalah desahan dari lautan kasih sayang yang dalam
tawa dari ladang jiwa yang beraneka warna
air mata dari kenangan surga yang tak pernah berakhir

(Kahlil Gibran)

Kahlil Gibran ( kutipan2 )

aku orang yang gelisah dan penakut
namun, belahan jiwaku seorang penyabar dan penakut
dadanya lapang meredakan kecemasan dalam diriku
kala pasang tiba, kami berdekapan kembali
dan, saat surut menjelang aku jatuh tersungkur di hadapannya

(Kahlil Gibran)

Bangkai Busuk

jika darah tak mampu membasuh semua dosa
maka cukuplah kematian ini untuk mengakhiri
semua derita, semua kesakitan, semua keterhinaan
meski kelak raga ini jadi bangkai busuk
dan itu cukup menebar bau diantara hiruk pikuk manusia
tak ada sesal...
tak ada gundah...

(Moenthe Carlo)

Rabu, 26 November 2008

Kahlil Gibran ( kutipan )

sebagian dari yang kukatakan itu tak bermakna,
tetapi aku mengatakan ini semua karena sebagian
yang lainnya mungkin bisa menyentuhmu.

(Kahlil Gibran)

Rembulan

duduk dan selamilah
indahnya rembulan malam ini
itu akan menyelimuti rindu dihatimu
saat aku jauh dan tak mampu menjamahmu

(Moenthe Carlo)

Asmara

apapun yang kau rasakan dalam hatiku
adalah kobaran api asmara
menghangatkan tubuhku
ditengah malamnya dingin
saat kau mendekapku

(Moenthe Carlo)

Cinta

cinta adalah samudera kecil yang bertempat dihati
menghempaskan setiap jiwa yang bermain di dalamnya
menenggelamkan semua kesadarn
menjadikan jiwa seperti apa yang ia inginkan

(Moenthe Carlo)

Cinta

jika mata hati benar-benar terbuka
maka sebenarnya kita telah mengerti arti cinta
cinta bukanlah jaminan untuk memiliki seutuhnya
tapi cinta adalah penyejuk jiwa
saat kita harus melepas apa yang kita miliki
cinta tak pernah menghampiri
tapi cintalah yang kita hampiri
cinta bukan untuk diraih
tapi untuk dimengerti
karena cinta bukan medan pertarungan
untuk mendapatkan kemenangan

(Moenthe Carlo)

Arti Dirimu Untukku

jika kau bertanya apa arti dirimu untukku
aku akan menjawab dengan kata-kataku
kau adalah rembulan untuk malamku
kau adalah mentari untuk siangku
kau adalah detik-detik waktu untuk hidupku
kau adalah makna untuk puisiku
dan itu belum cukup
karena kau adalah segalanya

(Moenthe Carlo)

Bintang-Bintang

tak usah kau ragu akanku
aku hanya seorang penakut
yang tak sudi bila harus tanpamu
seperti langit indah di malam hari
tak ingin lepas dari kilau bintang-bintang
akan selalu indah untuk kita

(Moenthe Carlo)

Untukmu Cinta

dekaplah aku cinta
sesungguhnya kau mengerti
apa yang tidak aku mengerti
seperti beningnya cahaya matamu
begitulah cinta telah terlukis dihatiku
kecuplah keningku cinta
sesungguhnya itu adalah ketulusan
untuk selalu setia duduk disampingku
berbisiklah di telingaku cinta
sesungguhnya kau telah membakar kecurigaanku
menghanyutkan aku dalam arus emosi hatimu

(Moenthe Carlo)

Riak Air

gelombang kecil berdendang
menyanyi tentang kegundahan
keterbatasan, ruang sempit, menghantam keheningan
jenuh itu tak kunjung datang menghampiri
hembusan angin membelai mesra
janji, semua janji telah dinanti
badai menghujam setiap sisi permukaan
habis, habis semua harapan
berulang dan berulang
tak pernah berhenti

(Moenthe Carlo)

Titip Rindu Buat Mereka

dengarlah...
bisakah kau mendengar getar dalam nadiku
sejenak aku terhenti dalam langkahku
menatapmu tepat dimatamu
kau pasti mengerti
mengapa hati ini resah
aku kehilangan denyut nadiku
dimana...
bisakah kau merasakan hati ini
adalah sebuah tanya dalam benakku
mendekapmu begitu erat
kau pasti mengetahui
mengapa raga ini tersungkur
aku kehilangan rasa dalam nuraniku

(Moenthe Carlo)

Minggu, 23 November 2008

Diantara Harapan

detik-detik waktu menemani
membangun kecemasan dalam jiwa
bertahan diantara harapan
darah ini telah membeku
terjamah oleh dinginnya hatimu
diam tenang seperti air dalam wadah
getar hati ini tak menggangu buatmu
bisu hatimu terlalu bertahta
titah aku mu terlalu mengusai
getarkan wadah itu
memuntahkan air hingga tercurah
membasuh cemas atas hati

(Moenthe Carlo)

Kunang-Kunang

aku berhenti berbicara
mulut ini penuh dusta
kenyataan ini menekan dadaku
nafas ini terdesak
aku tak bersuara
mulutku mulai berbusa
pandangan ini telah kabur
tak perlu...
tak perlu mereka menangis
aku hanya kunang-kunang
terperangkap dalam terangnya siang
tak berarti...

(Moenthe Carlo)

Rabu, 19 November 2008

Meraih Cinta Itu Tak Semudah Berkata Cinta

Ditolak dan ditolak, sepertinya kata-kata itu tak asing lagi bagiku. Aku adalah pemuda dengan wajah pas-pasan, dengan penampilan apa adanya, atau lebih trendnya disebut slengek-an. Tiga kali dalam setahun ditolak oleh wanita yang sangat aku harapkan balasan cintanya, bukanlah hal yang asing bagiku. Dan itu tidak membuat aku jera untuk tetap mencari cinta, setiap kali aku berkata cinta, detik itu juga aku mendengar kata-kata “ aku gak bisa nerima kamu, kamu bukan tipe cowok idaman aku ! ”. Menyakitkan sekali memang, tapi harus bagaimana lagi itulah cerita yang harus aku jalani.

Semua orang berpikir bahwa aku adalah manusia tanpa rasa malu, tapi aku tetap dalam jalanku. Karena aku punya prinsip, tidak ada yang lebih tahu tentang diriku kecuali diriku sendiri. Hingga pada akhirnya aku bertemu seorang wanita, kebetulan dia satu kampus denganku, dia tidak begitu cantik, tapi dia punya sesuatu yang menarik hatiku. Seperti pria lainnya, aku tergoda dan terpana. Karena perasaan yang mulai terganggu karenanya, aku dia-diam menyelidiki tentang dia. Aku mencari informasi sebanyak-banyak tentang dia, baik itu dari teman dekatnya, dan bahkan dari pihak kampus. Aku jadi penasaran tentang apa yang membuat aku tertarik kepadanya.

Setahun telah berlalu, dan aku merasa sudah mengumpulkan cukup banyak data tentang dia. Aku memberanikan diri untuk kenalan, dia begitu cepat akrab denganku. Hampir setiap hari aku menelponnya dan mengirimkan puisi-puisi cinta, dan dia tidak pernah merasa terganggu. Aku semakin bingung, apa dia mempunyai rasa seperti apa yang aku rasa ? Sepertinya kali ini harapan itu ada, karena takut kehilangan kesempatan akhirnya aku putuskan untuk menyatakan cinta ini kepadanya. Dan ternyata jawabannya berbeda dengan wanita-wanita sebelumnya, tapi bukan berarti dia menerima cintaku.

“ Ini terlalu cepat ! aku butuh waktu untuk lebih kenal kamu, aku gak bisa ! Aku belum tahu seberapa besar keyakinan yang bisa aku percayakan ama kamu ! Kamu bisa ngertikan ? “

Aku terdiam dan tidak berkata-kata lagi, aku langsung pergi tanpa pamit. Saat itu aku merasa jadi lelaki paling bodoh di dunia ini, setelah itu aku tidak pernah menghubungi dia lagi. Aku selalu berusaha untuk tidak bertemu dia lagi, sedikitpun aku tidak merasa kecewa atas jawaban darinya. Aku hanya kecewa kepada diriku saat itu. Dan yang terpenting aku sudah bisa mengetahui apa yang membuat aku tertarik kepadanya, aku tertarik dengan pola pikirnya yang berbeda dengan wanita lain.

Satu bulan berlalu tanpa cerita tentang dia, hampa memang hari-hari kujalani. Tak ada lagi tempat untuk mencurahkan puisi-puisi cinta, mungkin dia sudah muak denganku dan sepertinya aku sudah mulai bosan berurusan dengan masalah wanita. Ternyata itu semua salah, dia mengirim e-mail kepadaku,

Sebelum Aku Tertidur

saat mata ini akan aku pejamkan
aku akan mengingat senyummu
aku akan menyebut namamu
aku akan berdoa kepada Tuhan
semoga esok mata ini masih bisa terbuka
untuk menatap senyum indahmu
dan aku tak akan bicara kepadamu
tentang semua rasa ini
biarlah tetap aku jaga dalam hatiku
karena itu akan lebih baik
untuk senyum indahmu dan untuk mataku
saat aku telah memejamkan mataku
aku tetap mengingat senyummu
aku tetap menyebut namamu
aku tetap berdoa kepada Tuhan
semoga esok mata ini masih terbuka
untuk menatap senyum indahmu
dan aku tak akan bicara kepadamu
tentang semua cinta ini
biarlah tetap aku jaga dengan bisu bibirku
karena itu akan lebih baik
saat aku telah membuka mataku kembali
aku masih mengingat senyummu
aku masih menyebut namamu
aku masih berdoa kepada Tuhan
semoga esok saat mata ini terpejam untuk selamanya
aku akan tetap mengingat senyummu
aku akan tetap menyebut namamu
dan aku tak akan bicara kepadamu
tentang semua kegilaan ini
karena itu akan lebih baik
untuk menjaga rasa cinta ini
kepadamu...


Dia mengirim kembali puisi yang pernah aku kirim padanya, aku sangat terkejut. Aku mengerti maksud hatinya, dia butuh semua bukti atas puisi-puisi yang pernah aku kirim padanya, dia butuh bukti atas semua kata cinta yang pernah aku ucapkan. Percaya diriku telah kembali, dengan penuh malu-malu aku menghampirinya saat pulang kuliah, aku meminta maaf padanya. Atas kebodohanku saat itu, menghilang seakan pecundang yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab.

Aku memulai dari awal, berusaha untuk bisa meraih hatinya. Dengan perlahan dan penuh kesabaran, dengan harapan suatu saat nanti dia bisa mengerti tentang cinta ini. Hingga detik ini aku belum tahu apakah ada rasa cinta di hatinya untukku.

Aku Menangis

ini sangat menyakitkan untukku
beradaptasi dengan caramu
aku merasa aneh dengan diriku
aku terlalu cemburu...
cemburu kepada setiap orang
aku harus belajar lebih sabar
kumohon jangan kau uji aku
dengan sesuatu yang tak mungkin aku mampu
bila kau hendak menjauh
maka jauhilah aku secepat mungkin
jangan biarkan waktu terbuang hingga aku jenuh
jenuh dengan harapan yang tak pernah kau ucapkan
namun selalu kau lukiskan lewat kata-kata manismu
aku tahu apa yang kau resahkan
karena resah itu juga ada dalam diriku
kumohon...
mengertilah...

(Moenthe Carlo)

Pecah

harapan tentang Raisha...

air putih tertuang ke dalam gelas
jernih tiada menghalangi pandangan
diam, tenang, mengikuti wadah
sesekali terlihat riak air bernyanyi
hingga gelas pun terjatuh
menciptakan suara gaduh dalam ruang yang kosong
menggema hingga tiap sudut ruang seolah ikut berteriak
pecah, terbagi menjadi serpihan-serpihan kaca yang mungil
air pun terhempas merebah di atas bumi
merembes ke perut bumi seiring detik-detik waktu
hilang-menghilang dan terlupakan

(Moenthe Carlo)

Terasingkan

keluhku untuk Mareta...

Mareta...
aku ingin berteriak di telingamu
agar kau jelas mendengar keluhku
bisakah kau lihat mendung itu
hujan itu akan bernyanyi untukku
bernyanyi lagu sendu
seperti bintang di malam sunyi
tersayat hati ini penuh luka
seperti katamu kita ini terasingkan
terasingkan dari niat suci
aku ini kotor namun kau tetap memelukku
dengarlah nyanyian burung itu
sendukah itu di hatimu
aku lelah Mareta...
biarlah aku tertidur
selimuti aku jika dingin malam ini tak bersahabat
agar kehangatan tetap terasa dalam aliran darahku
dengan begitu emosi dalam jiwa ini akan tetap hidup

(Moenthe Carlo)

Terluka

serpihan rindu dalam lagu
menambah sendu dalam kalbu
tak ada rasa
hanya luka
kata cinta kini menghilang
luka ini bagai duri
tertancap dalam jiwa
hembusan nafas begitu mendesah
sampai pada penghujung
pandangan seakan kabur
sayup terdengar kata
sampai jumpa kisah lama
hari ikut bercerita
menyimpan semua kisah
ketika ada kau
menyimpan semua kisah
ketika cinta adalah milik kita

(Moenthe Carlo)

Terik

awan itu...awan itu telah berlalu
tak lagi menaungi langkahku
kini terik matahari mulai membakar kulitku
perih...perih luka ini
kucoba berlari secepatku
aku galau dalam langkahku
terhempas...terhempas tubuh ini

(Moenthe Carlo)

Senandung Lirih

terucap untuk Raisha...

bila ini adalah cinta seperti kata para pujangga
mengapa rindu begitu menyiksa untukku
saat kau menutup pintu dengan senyum ramah
seolah kau akan menunggu
esok aku akan datang mengetuk pintumu lagi
bila memang hujan tiada terbendung lagi
biarkan awan gelap itu memberitahuku
agar langkah ini tak terbatas
sesuatu yang tinggi tentulah ia akan jatuh
dan itu pasti sakit untuk ia rasakan
namun terlalu rendah itu juga menyakitkan
menjadi pijakan...
menjadi tumpuan...
dan terlupakan...

(Moenthe Carlo)

Sebuah Kata

gundah ini sendu dalam jiwaku
berdiri mencari dalam kekosongan
tak ada apa pun lagi dalam ruang ini
berwujud hampa itulah yang aku rasa
saat semua harus aku mulai
aku dengan kekosongan ini
begitulah kisah sang pemuja
terlelap dalam tidur dengan mimpi indah
hulu-halang keresahan begitu dekat
dengan semua prasangka
mengapa cahaya itu meredup
saat kekosongan ini begitu terasa
pagi itu pergi seiring siang menguasai
tak lama lagi gelap itu tiba
kekosongan ini akan lebih hampa
tanpa cahaya...sunyi...kelam...
itulah sebuah kata

(Moenthe Carlo)

Naskah Terlupa

tak ada ruang, tak ada cerita
semua kosong, penuh kehampaan
sebuah cerita tentang ruang hati
hijau daun-daun itu melambai
mengikuti lantunan nada sang angin
kau tak akan merasakan keindahan itu
karena kau tak pernah mengerti
bagaimana nafas ini terhenti

(Moenthe Carlo)

Bila Harus Berpisah

hati ini begitu terbuka
mencoba mengerti semua rasa
bila aku harus memilih
jauh dari hidupmu
mengubur semua rasa dalam jiwaku
berjalan di atas kehampaan langkahku
menuntun rasa dalam jiwaku yang terkubur
satu demi satu langkahku
akan tetap menopang tujuanmu
menjagamu dalam setiap doaku
hingga jenuh kan menjelang
untuk mengakhiri perjalanan hidupku
walau rasa ini tetap kan jadi rahasiaku

(Moenthe Carlo)

Aku Baik-Baik Saja

semua telah aku ungkapkan
dan semua telah aku rasakan
meskipun rasa ini tidak seperti dihatimu
aku tak peduli dengan semua itu
hanya satu harapku
semoga mentari itu tetap menyinari
dengarlah rintik hujan malam ini
mereka bernyanyi untukku
aku baik-baik saja

(Moenthe Carlo)

Jumat, 14 November 2008

Harapan

pada pohon rindang yang tak berbuah
kusandarkan raga ini
berharap penat ini kan terobati
semilir angin berucap rindu
berteduh di bawah awan mendung
kelak menyirami sekujur tubuh yang lelah
kini aku basah dalam tangisanku

(Moenthe Carlo)

Gitar Patah

lantunan nada kini telah terhenti
bersemayam kesunyian
hening menyapa hati
lagu tak lagi bernyanyi
syair kini tak berarti
gitar patahku
bersamamu kupendam duka ini
untuk sebuah nada yang tak bersenandung

(Moenthe Carlo)

Kosong

terucap untuk Raisha...

dalam detak jantung yang kurasa
penuh kekosongan...kosong...
tepisan angin yang menyejukkan hati
terasa kekosongan...kosong...
kelembutan suara hati yang kurasa
menyapa penuh kekosongan...kosong...
kemarin aku berkata cinta yang tulus
kini semua terasa kosong...kosong...
gitar ini telah patah
nada-nada penuh kekosongan...kosong...

(Moenthe Carlo)

Chairil Anwar ( kutipan )

Aku

kalau sampai waktuku
ku mau tak seorang kan merayu
tidak juga kau

tak perlu sedu sedan itu

aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang

biar peluru menembus kulitku
aku tetap meradang menerjang

luka dan bisa kubawa berlari
berlari
hingga hilang pedih peri

dan aku akan lebih tidak perduli

aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943

(Chairil Anwar)

Biografi Chairil Anwar


Chairil Anwar dilahirkan di Medan, 26 Julai 1922. Dia dibesarkan dalam keluarga yang cukup berantakan. Kedua ibu bapanya bercerai, dan ayahnya berkahwin lagi. Selepas perceraian itu, saat habis SMA, Chairil mengikut ibunya ke Jakarta.

Semasa kecil di Medan, Chairil sangat rapat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedih:

Bukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta

Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya.

Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam.

Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”

Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya.

Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta cerai. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda.

Tak lama setelah itu, pukul 15.15 WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan sipilis.

Umur Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.”

Sumber : Dunia Penyair

Kahlil Gibran ( kutipan6 )

Cinta

kenapa kita menutup mata ketika kita tidur?
ketika kita menangis?
ketika kita membayangkan?
itu karena hal terindah di dunia tdk terlihat

ketika kita menemukan seseorang yang
keunikannya sejalan dengan kita, kita bergabung
dengannya dan jatuh ke dalam suatu keanehan
serupa yang dinamakan cinta.

ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan,
seseorang yang tidak ingin kita tinggalkan,
tapi melepaskan bukan akhir dari dunia,
melainkan suatu awal kehidupan baru,
kebahagiaan ada untuk mereka yang tersakiti,
mereka yang telah dan tengah mencari dan
mereka yang telah mencoba.
karena merekalah yang bisa menghargai betapa
pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan
mereka.

cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu
menitikan air mata dan masih peduli terhadapnya,
adalah ketika dia tidak memperdulikanmu dan
kamu masih menunggunya dengan setia.

adalah ketika di mulai mencintai orang lain dan
kamu masih bisa tersenyum dan berkata
” aku turut berbahagia untukmu ”

apabila cinta tidak bertemu bebaskan dirimu,
biarkan hatimu kembalike alam bebas lagi.
kau mungkin menyadari, bahwa kamu menemukan
cinta dan kehilangannya, tapi ketika cinta itu mati
kamu tidak perlu mati bersama cinta itu.

orang yang bahagia bukanlah mereka yang selalu
mendapatkan keinginannya, melainkan mereka
yang tetap bangkit ketika mereka jatuh, entah
bagaimana dalam perjalanan kehidupan.
kamu belajar lebih banyak tentang dirimu sendiri
dan menyadari bahwa penyesalan tidak
seharusnya ada, cintamu akan tetap di hatinya
sebagai penghargaan abadi atas pilihan2 hidup
yang telah kau buat.

teman sejati, mengerti ketika kamu berkata ” aku
lupa ….”
menunggu selamanya ketika kamu berkata ”
tunggu sebentar ”
tetap tinggal ketika kamu berkata ” tinggalkan aku
sendiri ”
membuka pintu meski kamu belum mengetuk dan
belum berkata ” bolehkah saya masuk ? ”
mencintai juga bukanlah bagaimana kamu
melupakan dia bila ia berbuat kesalahan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan.

bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti.
bukanlah apa yang kamu lihat, melainkan apa
yang kamu rasa,
bukanlah bagaimana kamu melepaskan melainkan
bagaimana kamu bertahan.

mungkin akan tiba saatnya di mana kamu harus
berhenti mencintai seseorang, bukan karena orang
itu berhenti mencintai kita melainkan karena kita
menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia
apabila kita melepaskannya.

kadangkala, orang yang paling mencintaimu adalah
orang yang tak pernah menyatakan cinta
kepadamu, karena takut kau berpaling dan
memberi jarak, dan bila suatu saat pergi, kau akan
menyadari bahwa dia adalah cinta yang tak kau
sadari.

(Khalil Gibran)

Biografi Khalil Gibran


Kahlil Gibran lahir pada tanggal 6 Januari 1883 di Beshari, Lebanon. Beshari sendiri merupakan daerah yang kerap disinggahi badai, gempa serta petir. Tak heran bila sejak kecil, mata Gibran sudah terbiasa menangkap fenomena-fenomena alam tersebut. Inilah yang nantinya banyak mempengaruhi tulisan-tulisannya tentang alam.

Pada usia 10 tahun, bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke Boston, Amerika Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya, seperti yang banyak dialami oleh para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika Serikat pada akhir abad ke-19. Keceriaan Gibran di bangku sekolah umum di Boston, diisi dengan masa akulturasinya maka bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses Amerikanisasi Gibran hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah itu dia kembali ke Bairut, di mana dia belajar di Madrasah Al-Hikmat (School of Wisdom) sejak tahun 1898 sampai 1901.

Selama awal masa remaja, visinya tentang tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk. Tirani kerajaan Ottoman, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab.

Gibran meninggalkan tanah airnya lagi saat ia berusia 19 tahun, namun ingatannya tak pernah bisa lepas dari Lebanon. Lebanon sudah menjadi inspirasinya. Di Boston dia menulis tentang negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda menjadi satu.

Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901 hingga 1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya, "Spirits Rebellious" ditulis di Boston dan diterbitkan di New York, yang berisi empat cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang meyerang orang-orang korup yang dilihatnya. Akibatnya, Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja Maronite. Akan tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.

Masa-masa pembentukan diri selama di Paris cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari Konsulat Jendral Turki, bahwa sebuah tragedi telah menghancurkan keluarganya. Adik perempuannya yang paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC.

Gibran segera kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal karena TBC. Ibu yang memuja dan dipujanya, Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya adiknya, Marianna, yang masih tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan kemiskinan keluarganya. Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran dan adiknya lantas harus menyangga sebuah keluarga yang tidak lengkap ini dan berusaha keras untuk menjaga kelangsungan hidupnya.

Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua, Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh dari hasil menjahit di Miss Teahan's Gowns. Berkat kerja keras adiknya itu, Gibran dapat meneruskan karier keseniman dan kesasteraannya yang masih awal.

Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di sini dia hidup senang karena secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang wanita kepala sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun dikenal memiliki hubungan khusus dengannya sejak masih tinggal di Boston. Dari tahun 1909 sampai 1910, dia belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy. Kembali ke Boston, Gibran mendirikan sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia juga mengambil alih pembiayaan keluarganya.

Pada tahun 1911 Gibran pindah ke kota New York. Di New York Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West Tenth Street, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis dan menulis.

Sebelum tahun 1912 "Broken Wings" telah diterbitkan dalam Bahasa Arab. Buku ini bercerita tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya. Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oportunis. Karya Gibran ini sering dianggap sebagai otobiografinya.

Pengaruh "Broken Wings" terasa sangat besar di dunia Arab karena di sini untuk pertama kalinya wanita-wanita Arab yang dinomorduakan mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa mereka adalah istri yang memiliki hak untuk memprotes struktur kekuasaan yang diatur dalam perkawinan. Cetakan pertama "Broken Wings" ini dipersembahkan untuk Mary Haskell.

Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami banyak perbedaan pada tahun-tahun berikutnya. Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya dan mengembangkan kesenimanannya. Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari kalangan nonpemerintah bagi masyarakat Syria yang tinggal di Amerika.

Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis Perancis, yang sangat terpikat dengan dunia Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini sangat mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang telah belajar untuk mengagumi kehebatan Barat.

Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, "The Madman", "His Parables and Poems". Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam "The Madman". Setelah "The Madman", buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah "Twenty Drawing", 1919; "The Forerunne", 1920; dan "Sang Nabi" pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.

Sebelum terbitnya "Sang Nabi", hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia. Ia menawarkan pada Mary sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar melepaskan tanggung jawab pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada mulanya diwarnai dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan pernikahan mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan dekat dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah merasuk ke dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance Minis.

Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan. Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca "Sang Nabi". Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.

Gibran menyelesaikan "Sand and Foam" tahun 1926, dan "Jesus the Son of Man" pada tahun 1928. Ia juga membacakan naskah drama tulisannya, "Lazarus" pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan "The Earth Gods" pada tahun 1931. Karyanya yang lain "The Wanderer", yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada tahun 1932, setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain "The Garden of the Propeth".

Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan TBC, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village.

Hari berikutnya Marianna mengirim telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian penyair ini. Meskipun harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap menyempatkan diri untuk melayat Gibran.

Jenazah Gibran kemudian dikebumikan tanggal 21 Agustus di Ma Sarkis, sebuah biara Carmelite di mana Gibran pernah melakukan ibadah.

Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang mengetahui seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran. Juga secarik kertas yang bertuliskan, "Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia Timur, karena ia telah banyak sekali membantuku."

Sumber : 10 Kisah Hidup Penulis Dunia

Penantian

langkah ini telah berhenti tuk sejenak
ditengah penantian saat ini
pandanganku tertutupi oleh kegelapan
bukankah seharusnya cahaya itu berpihak pada kegelapan
teruslah melangkah untukmu
cahaya hatimu kan tetap menjagamu dalam kegelapan
tak perlu menunggu untukku
aku akan dalam penantianku

(Moenthe Carlo)

Senin, 10 November 2008

Cinta

Mencintai dan dicintai, bagai merasakan kehangatan
sinar mentari pagi dari dua ufuk timur.

(Anonim)

Wanita Cantik

hey wanita cantik
sedalam apa hati ini telah mengusikmu
mencurahkan semua isi kepalaku
diatas kertas-kertas ini
berharap kelak kau akan mengerti
telah kusadari aku tetap menunggu
bau cintamu begitu melekat di hidungku
hingga aku susah untuk bernafas
aku akan tetap berjalan diatas kakiku
melangkah hingga ke relung hatimu
akan aku cabik-cabik rasa cintamu
hingga membekas dan tak terlupakan
maka menanglah aku atas cinta
tersenyumlah wanita cantik
ini tak akan lama...
ini tak akan menyakitkan...
ini akan menyenangkan untuk kita...
aku berbicara dengan hati penuh cinta
aku adalah lelakimu

(Moenthe Carlo)

Cintaku

jika kau adalah cintaku
maka aku sudah memilikimu
dan itu cukup membuat aku yakin
lebih dari apa yang kau pikirkan
namun, jika ini harus berhenti
maka aku sudah mencekikmu
dan itu cukup membuat aku benci
lebih dari apa yang kau pikirkan
aku duduk dihadapanmu
mengucapkan cintaku tulus untukmu
kataku itu tak mungkin
jika kesedihan harus menjadi tamu dihatiku
maka aku adalah si malang dengan hati yang gundah
dan itu cukup membuat aku tersungkur
menjilati kakimu menghinakan diriku
aku mengerti tentang cintaku
lebih dari apa yang kau pikirkan
jika kebahagiaan harus menjadi tamu dihatiku
maka kegundahan ini akan mendapatkan jawaban ketulusanmu
aku menunggumu cintaku
mengertilah...

(Moenthe Carlo)

Gak Perlu Judul

Tuhan...
aku sadar aku adalah pecundang
hanya bisa diam dan mencoba untuk mengerti
bukan aku tak ingin
hanya saja aku tak bisa
tak bisa berkata cinta
bibirku sangat kaku untuk berbicara manis
dia sangat menarik dihatiku
tapi, apa aku menarik juga dihatinya ?
aku tidak tahu harus berbuat apa
bukan maksud hati menyerah
aku tetap ingin berjuang untuk singgah dihatinya
hanya saja aku bingung
aku harus mulai darimana
aku takut...
aku resah...
bisa saja aku berdiri dihadapannya
kemudian aku berkata...
" Aku mencitaimu ! "
tapi itu tidak mungkin
semua tak semudah yang aku pikirkan
aku butuh waktu yang lebih
tapi aku juga tak ingin menanti hingga aku mati

(Moenthe Carlo)

Aku Menatapnya

berulang kali aku menatapnya
senyum kecil dia lukiskan di bibir manisnya
aku menggila tidak seperti apa yang aku kira
hatiku begitu resah karena rasa ini
aku hanya duduk, bersender ke tempat tidurnya
melipat kedua kakiku
memeluk kedua kakiku
menaruh daguku di atas lutut kiriku
pandanganku tertuju padanya
sesekali dia melirikku
dan aku menundukkan pandanganku
oh...Tuhan...
aku telah jatuh cinta pada mahluk-Mu
apakah Engkau tahu cinta ini berat untuk aku utarakan ?

(Moenthe Carlo)

Kali Ini Tak Berjudul

hingga pagi ini aku belum tertidur
aku sedang sibuk manisku
sibuk menulis tentang hatimu
kalau saja kau tahu ini
mungkin kau akan merobek
semua kertas yang telah kutulis tentangmu
kau tak perlu tahu manisku
aku bahagia dengan semua ini
mencuri fotomu dari friendstermu
huh...memalukan bukan ?
tapi itu tidak salah bagiku
karena itu akan menambah nilai hatimu
kau tahu ?
kau itu cantik manisku
tapi kau tak perlu tahu

(Moenthe Carlo)

Minggu, 09 November 2008

Untuk Apa ?

aku takut...
aku resah...
kehilanganmu...
mencintaimu...
bimbang...
untuk apa ?
jalan telah terbuka...
namun kaki ini tetap terdiam
aku tak bisa berjalan
dengan kebohongan dalam diriku
dengan penuh kejujuran aku ucapkan
untukmu...

Wanita Dengan Senyum Yang Indah

tidakkah kau bisa merasakan
indahnya pagi ini
seperti apa yang aku rasakan
hemubusan angin membelai dengan kelembutan
membasuh sekujur tubuh yang telah jenuh
aku merasakan itu...
dalam raga...
dalam jiwa...
dalam hatiku....
aku bercerita tentang wanita itu
wanita dengan senyum yang indah
dihiasi dengan paras yang begitu mempesona
aku terkagum-kagum...
pagi ini semakin indah untuk bercerita
tentang wanita dengan senyum yang indah
oh...alangkah sempurna karunia Tuhan
lihatlah bagaimana ia melangkah
aku merasakan hentakan kakinya di dadaku
dia menggetarkan jantungku
memacu aliran darahku
Tuhan...apa yang aku rasa pagi ini ?
dunia ini sangat indah
bila pagi ini adalah pagi untuk seterusnya

(Moenthe Carlo)

Serpihan Yang Hilang

langkah kaki membawa jauh pergi
kemana arah ini aku tak mengerti
bongkahan batu besar terlihat
menghalang jalanku
haruskah aku berhenti sampai disini ?
dengan semua gundah yang tak terkira
usiaku telah menua
rambutku telah memutih
hempasan, benturan menghancurkan aku
jadikan sebuah serpihan yang tersisa
entah lenyap atau sirna
perih ini bercerita untukku

(Moenthe Carlo)

Kalah

bila saja nafas ini terus berhembus
entah apa lagi yang akan kusaksikan
kebusukan ?
kebohongan ?
kemunafikan ?
entahlah...
aku tak sanggup tuk melangkah lagi
kaki ini terasa penat dan lelah
sekarang...
aku terbaring tak berdaya
jutaan pasang mata tertuju padaku
air mata membasahi pipiku
aku terkepung teriakku dalam hati
terkepung oleh rasa takut
menciut semua keberanian
dulu pernah aku sombongkan
dulu pernah aku banggakan
aku merindukan-Mu
aku kalah...

(Moenthe Carlo)

Busuk !!!

hey busuk...
bicaralah padaku sesukamu
aku tak akan mendengarkanmu
sebab telingaku tuli untukmu
doktrinlah aku dengan semua kebusukanmu
aku tak akan mengikutimu
sebab hatiku mati untukmu
tidak perlu bermanis-manis mulutmu itu
katakan saja bila itu benar
aku tak akan bebicara padamu
sebab mulutku bisu untukmu
kau busuk...
baumu takkan tercium olehku
sebab hidungku tersumbat untukmu
sudahlah...
aku bosan denganmu
aku bisa saja membunuhmu dengan benciku
tapi itu takkan pernah aku lakukan
sebab emosiku buntu untukmu
busuk...

(Moenthe Carlo)

Sabtu, 08 November 2008

Akankah Terjadi

senyummu indah...
akankah senyummu tetap indah
saat aku menyatakan cinta ini
akankah senyum tetap indah
saat aku menyatakan rasa ini
aku harus tetap tegar...
berdiri kokoh dan bertahan
senyummu indah...
akankah senyummu tetap indah
saat aku ingin memiliki rasa dihatimu
aku harus siap...
tetap bertahan dengan cinta untukmu
karena aku sepertinya akn menemukan
kebuntuan dihatimu
akankah itu terjadi ?

(Moenthe Carlo)

Senyummu Itu Indah (Screet Love)

indah...
sempurna keindahan dalam senyummu
bila saja kau menyadari
maka kau akan mengerti
sebesar apa cinta saat ia berkata indah
tetaplah tersenyum
jagalah lukisan hatimu dengan bingkai indahmu
tetap terjaga dalam setiap langkahmu
jangan biarkan ia pergi beranjak darimu
ia adalah milikmu
ia adalah untukmu
senyummu begitu indah

(Moenthe Carlo)

Sebelum Aku Tertidur (Screet Love)

saat mata ini akan aku pejamkan
aku akan mengingat senyummu
aku akan menyebut namamu
aku akan berdoa kepada Tuhan
semoga esok mata ini masih bisa terbuka
untuk menatap senyum indahmu
dan aku tak akan bicara kepadamu
tentang semua rasa ini
biarlah tetap aku jaga dalam hatiku
karena itu akan lebih baik
untuk senyum indahmu dan untuk mataku
saat aku telah memejamkan mataku
aku tetap mengingat senyummu
aku tetap menyebut namamu
aku tetap berdoa kepada Tuhan
semoga esok mata ini masih terbuka
untuk menatap senyum indahmu
dan aku tak akan bicara kepadamu
tentang semua cinta ini
biarlah tetap aku jaga dengan bisu bibirku
karena itu akan lebih baik
saat aku telah membuka mataku kembali
aku masih mengingat senyummu
aku masih menyebut namamu
aku masih berdoa kepada Tuhan
semoga esok saat mata ini terpejam untuk selamanya
aku akan tetap mengingat senyummu
aku akan tetap menyebut namamu
dan aku tak akan bicara kepadamu
tentang semua kegilaan ini
karena itu akan lebih baik
untuk menjaga rasa cinta ini
kepadamu...

(Moenthe Carlo)

Screet Love

senyum yang indah adalah dirimu
mata yang indah adalah dirimu
paras yang indah adalah dirimu
aku akan tetap terjaga dengan mataku
menatap indahmu untuk cintaku
bila hati ini salah menilai tentang cinta
maka rasa ini hanyalah sebatas ambisi
keegoisan yang tercipta karena hati
namun keyakinan ini menjawab semua rasa
kau adalah wanita terindah dengan hati yang mulia
suci hatimu terpancar dari senyum indahmu
suci hatimu terpancar dari tatapan mata indahmu
suci hatimu terpancar dari mimik paras indahmu

(Moenthe Carlo)

Kau Begitu Indah (Screet Love)

entah apa yang aku rasa saat memandang senyummu
begitu indah karunia Tuhan akan mata ini
senyummu seolah bingkai hatimu
menghias sekeliling hatimu yang suci
membuat mata ini tak ingin berkedip walau hanya sedetik
biarlah mereka berkata apa tentang diriku
senyummu akan merubah suasana hati
aku merasakan cinta dihatiku
terpesona oleh senyum indahmu
andai aku bisa meyakinkan hatimu
aku tak akan meminta lebih
aku hanya ingin senyummu tetap indah dimataku
dengan begitu kesucian hatimu akan tetap terpancarkan
sungguh...
aku terpesona oleh senyummu adalah karunia Tuhan
yang akan tetap kujaga dalam pandangan mataku

(Moenthe Carlo)

Aku Ingin Kembali

aku menyadari betapa terpukulnya aku hari ini
terpukul oleh sesal, dusta, dan kebodohanku
hari ini, kemarin, dan hari yang lalu
aku menyadari betapa sakitnya aku hari ini
sakit oleh semua tangis, malu, dan kelalaianku
hari ini, kemarin, dan hari yang lalu
aku selalu menyadari bahwa aku telah jauh
jauh dari apa yang sudah aku ucapkan
dari semua yang sudah aku lakukan
aku sudah terlalu jauh
jauh...hingga aku hampa lagi
untuk mengisahkan semua cerita aku tak mampu
menangis pun aku tak layak
terlanjur semua kisah kujalani
hanya itu yang bisa kusimpulkan sekarang ini
dan saat ini aku merenung menatap diri
dalam cermin hidupku
berharap agar menjadi lebih baik
dan aku telah menyadari
aku telah bercermin pada kaca yang pecah
aku berharap agar aku segera kembali

(Moenthe Carlo)

Sesal Dalam Diriku

aku tidak tahu apa-apa
aku hanya ingin merasa hari yang lalu dihari esokku
berikan aku lagi hari ini
aku telah menghabiskan yang kemarin
semua takkan kuawali jika kau tak ada
jadi...berikan aku lagi hari ini
aku masih terlalu muda untuk menjawab hari esokku
mereka semua tahu esok hari langit juga pasti runtuh
tak terkecuali denga diriku
mereka semua juga tahu bulan yang indah juga pasti runtuh
tak terkecuali juga dengan diriku
jadi...berikan lagi aku hari ini
aku terlalu berfoya saat kemarin
aku masih terlalu muda menyesali hariku yang telah lalu
biarkan aku tenggelam dalam air mataku
tidak ada yang tahu jika aku harus mati
tapi kumohon...berikan lagi aku hari ini
terlalu cepat aku menikmati yang kemarin
aku merasa tiada berkesan dalam kebahagiaanku
aku terlalu banyak tahu jika aku harus berjalan tanpamu
aku hanya ingin kembali
menutupi semua janji yang harus aku tepati
adalah kekeliruan dalam diriku jika kau tak pernah mengenalmu
kumohon...berikan lagi aku hari ini
aku hanya ingin menjawab semua tanya yang hanyut oleh tutur dustaku
tenggelam oleh niat burukku
dan kini...
aku telah tahu apa-apa
aku hanya terlarut dalam sesalku

(Moenthe Carlo)

Tak Terkisahkan

hari ini aku bercerita pada diriku
semua membisu seakan turut prihatin
esok matahari takkan menyinari lagi
gelap akan segera nyata
setitik cahaya pun akan segera berarti
andai aku menyadari aku telah terjatuh
tentu aku akan menjerit
sayang...semua telah nyata
cahaya pun tak menyinari lagi
betapa gelap saat ini
hingga aku tak mengenali diriku dalam khayalku
tak bisa sesuatu apapun aku lakukan
kupandangi diriku dalam khayalku
begitu samar kelihatan olehku
segera aku membuka mataku
melegakan pernafasanku
dan membiarkan aku terhanyut
dalam semua ceritaku

(Moenthe Carlo)

Defenisi dan Istilah

Mendefenisikan suatu istilah
menyelamatkan banyak argumen.

(Dr. Johnson)

Buku Harian

Terkadang kita sepele dengan buku harian,
tanpa kita sadari ternyata buku harian itu
menjadikan diri kita utuh.

(Anais Nin)

Reaksi Karena Keindahan

Ketika kita bereaksi pada sesuatu karena keindahan,
kita sebenarnya sedang memandang jiwa sang penciptanya.

(Alice Walker)

Waktu Berlalu

hari-hari telah berlalu
namun perubahan itu
seakan-seakan tak pernah ada
perlahan aku telusuri
secuil isi hati yang berkata benar
aku tak boleh diam
bukan berarti aku harus bergerak
waktu mengalir begitu saja
biarlah biar itu begitu saja
aku tak harus melangkah
bukan berarti aku harus diam
aku memahami waktu harus berlalu
seiring dengan itu
aku akan menua
duduk dalam kesendirian yang sunyi
dan sangat terasingkan

(Moenthe Carlo)

Terbebani Oleh Cinta

dalam setiap kata demi kata
aku akan selalu menyanjungmu
memuji dan memuja
hingga kau jemu dan berlalu
rasa ini membutakanku
menekan aku untuk maju dan tersapu
menjamah cinta yang telah layu
hingga kau jemu dan berlalu
benar ini adalah cinta
benar ini adalah rasa
tapi mataku telah buta
terbebani oleh cinta

(Moenthe Carlo)

Salamku Untuk Tuhan

Tuhan...
tatkala raga ini penuh akan dosa-dosa
janganlah tinggalkan aku
berikanlah aku jalan untuk hidupku
hingga aku bisa mengerti kehadirat-Mu
mata hati yang buta tak akan mampu menuntunku
bagaimana aku bisa mengenal-Mu
tak ada yang patut aku rindukan
tanpa rindu untuk-Mu
dari-Mu lah awal cintaku berlabuh
dan aku akan menghampiri-Mu
seperti apa yang telah Engkau janjikan
kepada mereka sebelum aku
hingga aku menyadari
aku adalah milik-Mu
seutuhnya...

(Moenthe Carlo)

Aku Telah Berhenti

sebilah pisau bermata tajam
tertancap menusuk dada
rapuh...saat ini aku rapuh
jauh berjalan dalam sebuah angan
tatkala mata terpejam
apa yang telah aku lalui
untukmu aku berbicara
luka ini terlalu membebaniku
aku bukan apa yang kau harapkan
aku hanya mimpi buruk dalam tidurmu
dimana saat itu hati yang lama kurindu
tertutup sudah semua
tatkala mata terpejam
apa yang telah aku lalui
mati akan memberiku jawaban
lelap dalam tidur panjangku

(Moenthe Carlo)

Aku Ingin Sendiri

resah ini begitu mengganggu
aku ingin sendiri
tidakkah kau bisa memahami
jika semua ini harus kita lalui
aku akan menyerah dan meninggalkanmu
sejauh mungkin aku akan pergi
mungkin aku terlalu egois
mungkin aku kurang memahami
mungkin aku tak pernah ingin bersamamu
kita pasti akan bersama
namun tidak dalam dunia yang sama
kita pasti akan sama berjuang
namun tidak dalam medan yang sama
mengertilah kita tak pernah sama
karena aku dan mereka takkan pernah sama

(Moenthe Carlo)

Hidupku Adalah Mimpi

mimpi ini begitu panjang dalam tidurku
tatkala aku terbangun dari tidurku
mimpi ini masih saja berjalan dalam hari-hariku
aku lelah bercerita tentang mimpi ini
hidup seakan mimpi itulah yang aku rasa saat ini
bila benar hidupku adalah mimpi
bangunkan aku saat aku terpuruk
begitu berat cerita dalam mimpi ini
merenggut semua harapanku tentang hidupku
aku lelah bercerita tentang luka ini
bangunkan aku dari mimpi ini
kembalikan semua cerita tentang hidupku
yang pernah aku jalani bersamamu dan mereka
aku ingin berakhir disini saja

(Moenthe Carlo)

Adakah Cinta di Hatinya ?

dia baik...
dia ramah...
dia menyenangkan...
sangat berbeda dengan yang lainnya
tapi bukan berarti terasingkan dari yang lainnya
dia tidak menggoda...
tapi aku merasa tergoda dibuatnya
adakah ini cinta ?
tidak...
dia baik kepada setiap orang...
dia ramah kepada setiap orang....
dia menyenangkan bagi setiap orang...
aku mulai rindu...
ingin selalu mendengar suaranya...
ingin selalu berbicara tentangnya...
ingin aku berkata cinta kepanya
tapi aku takut...
takut kehilangan dirinya yang sekarang
aku tak rela bila harus ceroboh dengan keputusanku
tapi aku merasa ini benar-benar cinta
haruskah aku pendam ?
oh...aku bingung...
bingung...bingung...bingung...

(Moenthe Carlo)

Taktik Perang Dalam Hidup

Jangan menyerang musuh,
saat keadaan medan dibelakang
musuh mengkerucut.

(Sun Tzu)

Jenuh

berjalan mengikuti waktu
menatapmu jauh dari hati
keindahan yang terbesit warna cantik hatimu
tersenyum aku oleh gerakmu
berjuta cita indah dalam anganku
sungguh kebahagian itu menjanjikan disetiap senyummu
ah...semua mungkin hanya mimpi
begitulah kata hatiku
seakan penantian ini menjenuhkan untukku
aku harus terus menjagamu dalam langkahku
agar aku tetap bisa memandangmu
menikmati indahnya gerakmu
kapan saat aku harus bicara
akan kah itu menjawab semua kejenuhanku
mengertilah...
waktu begitu singkat untukku
aku tak ingin jenuh seperti apa yang telah aku rasakan

(Moenthe Carlo)