Selasa, 11 Januari 2011

Hidup Bergeser Mati

terucap untuk H.Faqih Hariman Dalimunthe...

seperti senja suasana saat kita berbincang
seakan malam tak lama lagi akan membutakan mata
23 tahun adalah waktu yang singkat
jangan ucapkan kata-kata terakhir
belum rela bila mata ini harus mencarimu dalam malam
kumohon tetap, tetap tahan senja ini

kau wasiatkan tiga kata untukku
"hidup bergeser mati"
kau pikir hati ini tenang ?
air mata ini memberikan goresan untukku

memang hatiku menerima
sebab ini adalah perjanjian antara kau dan Dia
semisal buah kelapa
ia sudah begitu masak untuk bergantung dirantingnya

kurahap esok aku masih bisa duduk bersamamu
di samping rumah, di bawah pohon rambutan
seperti di hari-hari yang lalu...

BDG 23 April 2010

(Moenthe Carlo)

Sepiku Rinduku


tepis-tepis segala ramai
berbincang kosong kau selip diam

telahku merona saat sanjungmu menghapus dada
katamu ini adalah mimpi
celah waktu telah kau curi untukku
lelap aku bersamanya

hati mesti tak harus berkata
berbisik sudah cukup merayu
kosong mulutmu...
menyelipkan diam

kuingin sepiku...
kuingin rinduku...

(Moenthe Carlo)

Dimana Secuil Cumbu


ramai memekik mendengung ditanggung telinga
bila saja kekosongan diantaranya mungkin
secuil cumbu hendak kusematkan didalamnya
apa kurasa...
seperti mencabik air adalah kurasa
tak sedikit memang dan tak berarti pula

entah dimana kenikmatan menyertai
ach...dimana secuil cumbu menarik hasrat
mati kutu tertindih waktu
kujamah sejauh jemari manjejaki
tidak pun ada rasa dalam belaiku
seperti hampa itu aku sebut cumbu

aku rindu sepiku rindu
hari-hari berkain waktu
mesti dihitung dan berlalu

(Moenthe Carlo)

Membekas Pagi Membisu


seperti hari ini dimulai tanpa bangun pagi
dengan secangkir kopi manis setengah hati
dan satu persatu batang rokok tersita dari bungkusnya
mengepul asap menyerang paru-paru dibalik dada
seperti nikmat telah kurasa entah itu hanya sebatas rasa

tanpa terjamah mentari
seperti mampu hari ini kujalani
entah itu bertahan hingga esok hari
angan terpicu pikiran mulai menari-nari
sedikit menggelitik namun berbekas nyeri

namun bila kurasa nyeri mampu kusapu
tak mengapa kurasa kusimpan dalam bisu

(Moenthe Carlo)