Minggu, 15 Februari 2009

Tangis Jiwa

berlinang air mata
tercurah membasahi luka
luka yang tiada pernah berujung
perih begitu menghujam dalam jiwa
tangisan ini takkan berakhir
tak ada sesal...
tak ada benci...
hanya luka...
luka...
luka...
berbekas...
dan takkan menghilang
menghantui dalam seluruh waktu
menertawai dalam seluruh waktu
memecah menjadikan luka-luka baru
tersudut dalam ruang gelap
diantara silaunya sorotan mata
kekecewaan...
berlalu tanpa berakhir
dengan langkah terlunta-lunta
menghakimi diri dengan kekecewaan
menghakimi diri dengan kelusuhan
terhempas dalam ruang gelap
diantara ricuhnya suara
berdengung mencekik telinga
kehancuran...
kehancuran...
kehancuran...

(Moenthe Carlo)

Kamis, 12 Februari 2009

Pelarian

jauh sudah aku terjamah
dalam pelarian tak kunjung usai
akan goresan duka dan lara
terciptanya cinta beralaskan duka
pautan hati yang ternoda
jadikan kemurkaan membalut luka
hancurkan masa akan cinta
tanamkan duka dalam suka
bungkam jadi buaian
murka jadi impian

(Moenthe Carlo)

Penantian

bisu mulutku berkata
dalam sebuah penantian
simpan sejuta makna terpendam
harapan tertunda...
ungkapan rasa demi rasa
ruang jiwa dalam sebuah penantian
demi masa yang lebih indah
dua atau tiga saat lagi

(Moenthe Carlo)

Raisha

terakhir kali aku menulis tentangmu
adalah kekalahan dalam mimpiku
tak ada rasa dihatimu tentangku
itu apa yang aku rasa saat ini
memang bukanlah sayang bila tak dirasa
aku tidak pernah jenuh mengenalmu
namun haruskah aku terlarut dalam mimpiku
tak ada sesal yang aku ucapkan tentangmu
hanya sebatas pengakuan dari hatiku
aku berhenti...
karena aku bukanlah pilihanmu
karena aku bukanlah lelakimu
aku hanya bermimpi dalam nyataku
kau nyata di hatiku
tapi tetap mimpi dalam pelukanku

(Moenthe Carlo)