Jumat, 10 April 2009

Apakah Cinta Butuh Alasan ?


Lewat orang tua kita, kita dikenalkan berbagai perbendaharaan kehidupan. Dari merekalah kita mengenal cinta dan kasih terhadap sesama dan benda-benda di sekitar kita. Kita dibesarkan dan diajarkan tata krama serta sopan santun dalam aturan kehidupan yang tengah kita jalani. Mendengar keluh kesah kita, saat kita tertekan oleh keadaan yang tidak berpihak pada kita. Memberitahu kita yang baik dan yang buruk agar kita bisa menjaga diri kita dalam menjalani hidup ini. Lantas dari kesemua itu kita bisa melihat betapa besar kasih sayang mereka, seperti air samudera yang melimpah kepada kita. Kemudian kita merasa candu dan tidak bisa terlepas dari mereka, kita merasa kita telah menyatu dengan kehidupan mereka, selalu seperti itu hingga sakkaratul maut memisahkan. Lalu, apakah cinta membutuhkan alasan ?

"Kenapa kamu pilih aku tuk jadi orang yang kamu cintai ? Kenapa bukan yang lain ?" Pertanyaan yang selalu menghantui seorang lelaki saat mengutarakan isi hati kepada seorang wanita yang dicintainya. Dan biasanya, jika lelaki menjawab "aku nggak tahu alasannya !" (hampir) selalu (kebanyakan) wanita tidak terima. Sepertinya, lebih banyak wanita yang menganut teori bahwa cinta itu harus beralasan. Jadi, apakah cinta membutuhkan alasan ?

Mungkin kita pernah merasakan sesuatu yang sangat berbeda saat pertama kali bertemu dengan seseorang (lawan jenis kita), dan cenderung sebagian dari kita mengatakan bahwa kejadian seperti itu adalah "jatuh cinta pada pandangan pertama" namun secepat itukah kita menyatakan bahwa kita telah jatuh cinta atau bahkan mencintai ? Bukankah lebih tepat mengagumi ? Mencintai sangatlah berbeda dengan mengagumi, mengagumi belum tentu mencintai tapi mencintai sudahlah tentu mengagumi. Mencintai itu butuh proses, salah satu dari proses mencintai itu adalah mengagumi. Saat kita mulai mengagumi, disaat itu pulalah kita memasuki tahap pertama dalam proses untuk mencintai, dimana saat itu pikiran kita mulai bergerak dan mencoba untuk menemukan jastifikasi dari apa yang kita kagumi tersebut. Oleh karena itu, wajar saja jika kebanyakan dari orang-orang menolak menjadi objek jatuh cinta pada pandangan pertama. Lalu, apakah cinta membutuhkan alasan ?

Apakah cinta membutuhkan alasan ? saya jawab dengan lantang "iya" cinta itu membutuhkan alasan. Mencintai itu bukan hanya sekedar ungkapan yang sangat mempesona, mencintai itu butuh pengorbanan. Tentu kita tidak akan mau jika pengorbanan kita sia-sia hanya karena kita tidak tahu kenapa kita mencintai dan mengapa kita harus memberi pengorbanan. Jika kita mempunyai alasan untuk mencintai tentu kita sudah mempunyai alasan pula untuk memberi pengorbanan, dan itu akan memberi kekuatan untuk membangun keyakinan bahwa pengorban kita tidak akan sia-sia.

Mencintai tanpa alasan adalah sebuah kekeliruan. Tanpa alasan kita mencintai seseorang, bagaimana bisa kita membahagiakan orang yang kita cintai sementara alasan untuk mencintainya saja pun kita tidak tahu. Bagaimana bisa kita memahami orang yang kita cintai sementara alasan untuk mencintainya saja pun kita tidak tahu. Sungguh melelahkan mencitai tanpa alasan, dihantui bayang kecemasan dalam pikiran kita mengapa kita mencintai. Jika kita mencintai tanpa alasan apakah kita sanggup juga untuk ditinggalkan tanpa alasan oleh orang yang kita cintai ? Lalu, masihkah cinta itu tidak membutuhkan alasan ?

2 komentar:

catatan salwangga mengatakan...

cinta memang tak butuh alasan. cinta hanya butuh dirinya sendiri. karena, cinta adalah bahasa hati. pertengahan antara ruh dan badani. penengah antara nafsu dan birahi. pemutus antara sayang dan benci.

sadari nuranimu, kuasai jiwamu. maka, barulah engkau mengerti bilur-bilur cinta menyenandungkan irama hakiki.

moenthe carlo mengatakan...

mantap...

"sadari nuranimu, kuasai jiwamu. maka, barulah engkau mengerti bilur-bilur cinta menyenandungkan irama hakiki"

thank commentnya bro...