Minggu, 08 Februari 2015

The Birthday

Alhamdulillah,..
Thank God atas kesempatan hidup yang masih Engkau berikan kepada hamba. Thank Mom and Dad atas kasih sayang dan do'anya yang tiada tara, thank Honey Rara Kartika atas kasih sayang, cinta setia, dan do'anya, thank Lovely Sisters Ifrah Harlina Dalimunthe, Fatma Suryani Dalimunthe, Rasika Mutiah Dalimunthe atas support, holong mar iboto, holong mar eda, dan do'anya, thank Koum Sisolkot sasudena atas holong mar pahoppu, holong mar aya poso, holong mar iboto, holong mar lae-tunggane, holong mar sisolkot dan do'anya, thank Bapak, Ibu, Om, Tante, Abang, Kakak, Adik, Rekans atas jalinan silaturrahmi dan do'anya, semoga kita selalu diberi kesehatan dan diberi yang terbaik oleh Allah Tuhan Yang Maha Penyayang.
Aamin.

(Moenthe Carlo)

Selasa, 03 Februari 2015

Ba'ha'sa-Basi

Bagaimana kau akan tersakiti ?
Sementara kau tidak punya hati !
Bagaimana kau akan dikenang dihati ?
Sementara kau kerap menghadiahkan caci-maki !
Tidak perlu ba'ha'sa-basi !
Terpenting adalah saling menghargai !
Untuk kehidupan yang lebih manusiawi !

(Moenthe Carlo)

Jangan Salahkan Siapa !

Kau terjebak dalam keramaian,..
Sebab telingamu tuli,..
Matamu buta,..
Dan hatimu membatu,..
Kau terbuang dari kawanan,..
Sebab keakuanmu,..
Kesombonganmu,..
Dan kepicikanmu,..
Api tidaklah mungkin membakar tanpa menghasilkan asap,..
Jangan salahkan siapa !!!
Cukup sudah !!!

(Moenthe Carlo)

Sabtu, 31 Januari 2015

Sebut Saja Cari Perhatian

Aku hanya mencoba untuk menghibur, sebut saja cari perhatian, maaf bila caraku terlalu membuatmu khawatir atau curiga padaku, percayalah aku telah meninggalkan masa itu, jikalau pun aku mengingatnya bukan berarti merindukannya, aku hanya mencoba belajar dari masa lalu, bukan mengenang masa lalu, semoga caraku mampu menempatkanmu pada posisi nyaman dan aman ketika kau memutuskan untuk hidup bersamaku, maaf untuk kekuranganku sebagai manusia biasa dihadapanmu dan dihadapan Tuhan,..

Love You Rara Kartika,..

(Moenthe Carlo)

Disana Apa Cerita?

Coba kau dengar lantunan lagu damai mimpi, aku sedang menikmatinya, aku merasa sedang berada pada puncak rindu saat ini.

Coba kau ingat permainan yang sering kita mainkan, 9 bola hingga 15 bola diatas meja dengan 6 lubang disekelilingnya, sungguh membuat aku tersenyum mengingatnya, terlebih membayangkan bagaimana gayamu saat berdiri kecewa dengan stick ditangan kananmu dan tangan kirimu mengusap-usap belakang kepalamu, bola putih kau masukkan dengan tidak sengaja.

Coba kau ingat bagaimana aksimu melantunkan lagu, kau merasa bak vokalis band fenomenal dengan panggung megah, padahal saat itu kita cuma berada dalam ruangan kedap suara dengan ukuran kurang lebih 4x4 meter, mengingat itu membuat aku geli sendiri.

Coba kau ingat bagaimana kita menyebut masalah keuangan saat itu, ya kita sepakat tanpa kesepakatan menyebut itu adalah 'masalah klasik', aku masih memakai sebutan itu sampai saat ini, dan coba kau ingat bagaimana kita menyelesaikannya, kita benar-benar mengulangi sejarah kehidupan purbakala untuk menyelesaikannya, nomaden alias berpindah-pindah dari kos ke kos, dan masalah pun selesai padahal saat itu mungkin kita sama-sama mempunyai masalah yang sama, entah bagaimana tapi selesai begitu saja, mengingat itu membuat aku semakin mengerti makna dari indahnya berbagi.

Dan masih banyak lagi cerita yang akan selalu aku ingat, kita selalu pesta pora tanpa hura-hura, aku berharap semoga itu bukan hanya sebatas cerita. Oh iya, disana apa cerita?

(Moenthe Carlo)

Minggu, 08 Juni 2014

Restu Bunda

PSP, 04 Februari 2014
10:10 WIB PM

langkah ini semakin kaku,
langkah ini semakin jauh,
kasihmu selalu mengiring waktuku,
belaimu selalu kurindu,
hingga menuju penghujungku selalu kuingin restumu,
mata ini semakin sayu,
menatap jauh kedepan waktuku,
kasihmu kubutuh menuntunku,
belaimu kubutuh melebur raguku,
hingga menuju penghujungku selalu kuingin doamu,
namamu adalah candu dihatiku,
tak terbatas waktu kuingin kasihmu,
doamu adalah kabul dimataTuhanku,
tak terbatas waktu kuingin restumu,
murkamu adalah nyata dimata Tuhanku,
tak terbatas waktu kuingin maafmu,
syukurku adalah dijadikan anakmu,
hingga penghujungku abdiku untukmu,..

(Moenthe Carlo)

Demokrasi Sabung Ayam

Ayolah,..
mari kita menyabung ayam,
bawa jagoanmu,
tunjukkan jagoanmu,
kita lepas lalu beradu,
patok mematok,
taji menaji, seru bukan?
tak apa sebab ayam tidak mengenal sila ketiga,
suara-suara sumbang penuh hujatan, pujian, makian, hinaan,
semua lepas sesuka hati,
biarkan saja sebab ini demokrasi,
mana taruhanmu?
kalo menang kau boleh ambil semua,
ingat jangan lupa bagi-bagi,
dengan mereka yang sudah menjilat pantatmu,..

(Moenthe Carlo)

Minggu, 04 Mei 2014

Sajak Matahari

Matahari bangkit dari sanubariku.
Menyentuh permukaan samodra raya.
Matahari keluar dari mulutku,
menjadi pelangi di cakrawala.
Wajahmu keluar dari jidatku,
wahai kamu, wanita miskin !
kakimu terbenam di dalam lumpur.
Kamu harapkan beras seperempat gantang,
dan di tengah sawah tuan tanah menanammu !
Satu juta lelaki gundul
keluar dari hutan belantara,
tubuh mereka terbalut lumpur
dan kepala mereka berkilatan
memantulkan cahaya matahari.
Mata mereka menyala
tubuh mereka menjadi bara
dan mereka membakar dunia.
Matahri adalah cakra jingga
yang dilepas tangan Sang Krishna.
Ia menjadi rahmat dan kutukanmu,
ya, umat manusia !

(WS Rendra)

Yogya, 5 Maret 1976
Potret Pembangunan dalam Puisi

Kamis, 01 Mei 2014

01 Mei 2014

tak perlu matahari itu menjelma menjadi rembulan,
sebab lelah ini sudah terlanjur luka dan lebam oleh teriknya,
sekalipun harus menahan perih,
saat ini aku lebih memilih hujan,..

(Moenthe Carlo)

Rabu, 30 April 2014

Rest in Peace

Ketut Sri Madriani Silayogi (Dede)

Lima tahun sudah tidak bersua, 
banyak hal yang belum sempat aku sampaikan, 
dan itu membuat aku ingin menangis, 
aku sudah menyiapkan satu undangan untukmu, 
bulan delapan tahun ini aku menikah, 
sampai akhirnya aku dapati kabar tentang kepergianmu sobat, 
tangisku tak terbendung, 
sejuknya senyummu, 
indahnya matamu, 
damainya pribadimu, 
akan menjadi rindu untukku, 
selamanya rindu, 
terimakasih sudah merawatku dulu sewaktu kecelakaan di bandung, 
kalo bukan  karna ketabahanmu ngurusin orang paling susah diatur seperti aku, 
mungkin wajah ini sudah penuh bekas gesekan aspal, 
dan mungkin iga ini akan nyeri selamanya, 
terimakasih untuk semuanya, 
walau singkat namun begitu melekat, 
kini aku hanya bisa menatapmu dalam ingatan, 
selamat jalan sobat, 
kedamaian menyertaimu, 
salam rindu dari sumatera,..

(Moenthe Carlo)